Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Treble Bersejarah, Pukulan Telak De Bruyne untuk Chelsea yang Membuangnya

Kevin de Bruyne menemukan kenyamanan di Manchester City. Setidaknya tim yang bermarkas di Etihad Stadium itu tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Apalagi mengabaikan bakatnya yang luar biasa. Puncaknya, meski dengan tertatih-tatih, ia memberikan balasan yang setimpal pada Manchester City.

The Citizens memberinya kenyamanan, De Bruyne memberi City trofi, termasuk Liga Champions. Rasa nyaman yang didapat De Bruyne di Manchester City tidak pernah didapatkannya ketika membela Chelsea. Benar, De Bruyne adalah mantan pemain Chelsea.

Sayangnya, catatan kariernya di Chelsea hanya berisi tinta merah. De Bruyne gagal total bersama klub bermarkas di Stamford Bridge. Tidak, itu bukan salah De Bruyne. Hanya saja, Chelsea yang justru memilih untuk menepikannya. Membuat De Bruyne seperti barang yang tidak layak dipakai lagi.

Bagaimana kisah De Bruyne dibuang oleh Chelsea, dan kini memberi pukulan telak lewat raihan treble bersejarah di Manchester City?

Sudah Dipantau Chelsea

De Bruyne berusia 14 tahun ketika pindah dari KAA Gent ke KRC Genk. Sebelumnya, De Bruyne bermain di KVV Drongen, klub yang dekat dengan tanah kelahirannya. Namun, karena tidak berkembang di Drongen, ia pindah ke Gent dan pindah lagi ke Genk.

De Bruyne mesti melintasi 100 mil perjalanan. Ia memilih meninggalkan keluarganya demi sepak bola. Bergabung ke Genk adalah keputusan yang tepat. Setidaknya banyak bibit sepak bola Belgia, seperti Christian Benteke, Thibaut Courtois, sampai Yannick Carrasco lahir dari sana.

Selama berseragam Genk, bakat De Bruyne kian matang. Kiprah gemilang De Bruyne di Genk lantas tercium para pencari bakat Chelsea. Seorang pencari bakat veteran asal Belanda, Piet de Visser yang ketika itu bekerja sebagai penasihat Chelsea telah lama mengikuti perkembangan De Bruyne.

Piet de Visser adalah salah satu pencari bakat terkemuka di Eropa. Ia adalah sosok di balik datangnya dua talenta Brasil, Romario dan Ronaldo ke Eropa. De Bruyne termasuk salah satu pemain terhebat yang ia pantau. Ia melihat bahwa De Bruyne adalah gelandang serang dengan sentuhan pertama yang menakjubkan.

De Bruyne, katanya, bisa cepat memindahkan permainan dan menciptakan celah. Bakat De Bruyne tersebut awalnya tidak memunculkan minat dari Chelsea. Namun, Piet de Visser mendorong Roman Abramovich agar memboyong De Bruyne ke Stamford Bridge.

Abramovich menyepakati untuk mendatangkan De Bruyne. Januari 2012, De Bruyne menerima pinangan Chelsea dengan biaya 8 juta euro atau Rp130,6 miliar kurs sekarang. Tapi kontraknya itu tidak membuat De Bruyne seketika menjajal rumput Stamford Bridge.

Malah Dipinjamkan

Keputusan mendatangkan De Bruyne sepertinya tak senada dengan kemauan pelatih Chelsea waktu itu, Andre Villas-Boas. Melansir Euro Sport, Villas-Boas mengatakan, klubnya itu memang telah lama mengamati De Bruyne dan berhasrat untuk merekrutnya. Manajer kelahiran Porto itu pun menghormati keputusan klub.

Januari 2012, De Bruyne sudah berlabel pemain Chelsea. Namun, The Blues meminjamkannya lagi ke Genk hingga musim berakhir. Setelah menjalani musim yang menyebalkan karena tidak bisa debut sebagai pemain Chelsea, di musim berikutnya, Genk mengembalikan De Bruyne.

Setelah pergantian pelatih dari Villas-Boas ke Roberto Di Matteo, De Bruyne masih belum diberi kesempatan masuk ke skuad Chelsea dan bersaing. Musim 2012/13, De Bruyne malah dipinjamkan lagi, kali ini ke klub Liga Jerman, Werder Bremen. Padahal De Bruyne merasa peminjaman tersebut tidaklah perlu. Dilansir Bleacherreport, ia yakin sanggup bersaing di skuad utama Chelsea.

Akan tetapi, di lain sisi, De Bruyne tidak menampik bermain reguler selama semusim di Bundesliga adalah peluang bagus. Ia bisa makin mempertajam skill-nya di Bundesliga yang notabene tak banyak tuntutan.

Berkembang di Jerman

Kendati masih diselimuti kecewa, De Bruyne menerima saja keputusan klub. Ia akhirnya hijrah ke Werder Bremen. Dan di sanalah De Bruyne mengalami perkembangan yang amat sangat pesat. Sedikitnya, De Bruyne mengemas 10 gol dari 33 laga musim itu.

Tak cukup perolehan gol. De Bruyne juga meraih penghargaan liga untuk Pemain Muda Terbaik musim itu. Werder Bremen pun berhasil selamat dari degradasi dengan finis di posisi 14 musim 2012/13, terpaut tiga poin saja dari zona degradasi. Kapten tim Bremen waktu itu, Zlatko Junuzovic memuji De Bruyne.

Menurut Junuzovic, De Bruyne sosok pendiam. Namun, kalau sudah beraksi di atas lapangan, penampilannya mengesankan banyak orang. Pelatih Bremen waktu itu, Thomas Schaaf juga mengatakan, lolosnya Werder Bremen dari degradasi tidak diragukan lagi adalah berkat Kevin de Bruyne.

“Kami bertahan karena Kevin (De Bruyne). Dia membutuhkan sedikit waktu untuk berkembang pesat. Dia ingin membuktikan kepada Chelsea. Bundesliga adalah liga yang besar, dan dia sudah membuktikan kemampuannya,” kata Thomas Schaaf.

Sempat Mendapat Tawaran dari Jurgen Klopp

Musim pertama De Bruyne di Bundesliga juga membikin Jurgen Klopp tergerak untuk merekrutnya sebagai pemain Dortmund. Klopp mendorong De Bruyne agar permanen saja di Bundesliga, tentu dengan menjadi anak asuhnya. Pria Belgia itu sempat tergoda dengan tawaran Klopp.

Namun, Chelsea menghalangi. The Pensioners tidak menerima tawaran Dortmund dan memanggil pulang De Bruyne ke Stamford Bridge. Jose Mourinho, pelatih baru Chelsea sudah menanti De Bruyne.

Dalam buku otobiografinya, De Bruyne menulis bahwa Mourinho kala itu meyakinkannya untuk memberikan peluang bermain. Ia pun percaya pada The Special One. De Bruyne mengambil keputusan untuk pulang dan memperlihatkan ke Mourinho kualitasnya.

Tak Dipakai Mourinho

Dikutip Euro Sport, kembalinya De Bruyne ke Chelsea ternyata bukan sepenuhnya keinginan Mourinho, melainkan perintah direktur teknik kala itu, Michael Emenalo. Pria Nigeria itu yakin De Bruyne cocok untuk proyek jangka panjangnya. Namun, Mourinho tidak demikian. Bagaimanapun Mourinho membutuhkan lebih dari sekadar potensi.

Waktu De Bruyne pulang ke Stamford Bridge, ia terlibat friksi dengan Mourinho. Awalnya, Mou menepati janjinya dengan memainkan De Bruyne sebagai starter di laga awal Liga Inggris musim 2013/14 kontra Hull City. Pemain Belgia itu merespons dengan penampilan ciamik.

Ia memberi satu asis ke gol yang diciptakan Oscar dalam kemenangan 2-0. Di laga itu, De Bruyne dianugerahi Man of The Match. Begitulah. Ia melihat masa depannya cerah di Chelsea. Namun, itu kebahagiaan semu. Di laga-laga berikutnya, De Bruyne hanya menjadi penghangat bangku cadangan.

Alih-alih menggunakan jasanya, Chelsea justru mendatangkan Willian Borges seharga 30 juta poundsterling (Rp572,8 miliar). Ini sebuah penghinaan buat De Bruyne. Ia menyesal dan kecewa sekali dengan Mourinho. Puncaknya, ketika dimainkan di Piala Laga kontra Swindon Town, De Bruyne bermain setengah hati.

De Bruyne disingkirkan ke tim U-21. Januari 2014 ia dijual ke Wolfsburg. Uang 22 juta euro (Rp359,6 miliar) menggiurkan buat Chelsea. De Bruyne pun menyesal kembali ke Chelsea. Ia salah menerima Chelsea lagi. Kelak kepindahannya ke Chelsea menjadi penyesalannya seumur hidup.

Treble Sebagai Balasan untuk Chelsea

Singkat cerita, De Bruyne yang tampil apik di Wolfsburg dibeli Manchester City dengan mahar 76 juta euro (Rp1,2 triliun). City adalah tempat terbaik bagi De Bruyne. Ia selalu diandalkan The Citizens. Saat Josep Guardiola melatih, de Bruyne tak pernah absen membela City meski kadang harus tertatih-tatih.

Treble bersejarah yang diraih De Bruyne musim ini menjadi semacam pukulan telak buat Chelsea yang telah membuangnya. Ketika De Bruyne raih treble, situasinya Chelsea adalah klub pecundang. Sudah beli banyak pemain malah terpuruk. Sementara Mourinho, pelatih yang dulu menyepelekannya, kalah di final Liga Eropa. Sungguh nasib seseorang tidak ada yang tahu. Sukses terus, Kevin de Bruyne!

Sumber: TheAthletic, Mirror, MEN, BR, EuroSport

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *