Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Seteru Dua Pelatih Belanda yang Mengubah Sepak bola

Bagi banyak orang, Johan Cruyff dewa di dunia sepak bola. Kariernya saat bermain begitu luar biasa. Saat menjadi pelatih, Cruyff memberikan pengaruh besar pada dunia sepak bola lewat ide sepak bolanya yang dikenal dengan “Total Voetbal.” 

Namun, Cruyff di mata Louis Van Gaal adalah sosok yang berbeda. Eks pelatih Manchester United itu justru memandang Johan Cruyff musuh. Kedua pelatih legendaris Belanda ini pernah berseteru. Perseteruan keduanya sampai-sampai mengubah paradigma sepak bola dunia, terutama soal taktik. Tidak hanya itu, konon perseteruan kedua pelatih ini masih saja berlanjut sampai Johan Cruyff meninggal.

Bagaimana mereka bisa berseteru? Apa yang memantik api perseteruan Johan Cruyff dan Louis Van Gaal? Apa pula yang membuat api yang sudah dipantik itu menjadi membesar dan membekas bagi kedua pelatih, sampai salah satu di antaranya meninggal?

Malam Natal 1989

Perseteruan kedua pelatih ini berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Hal itu diawali dari makan bersama di malam Natal tahun 1989. Saat itu Cruyff mengundang Van Gaal untuk bertamu ke rumahnya. Mengajaknya untuk makan bersama.

Akhirnya Van Gaal pun memenuhi undangan itu dengan datang ke rumah sang legenda. Sesampainya di rumah Cruyff, dering telepon di sana berbunyi. Seseorang dari seberang telepon berbicara kalau adik dari istri Louis Van Gaal meninggal dunia.

Van Gaal pun bergegas meninggalkan rumah Cruyff saat itu juga. Pelatih yang saat itu melatih Barcelona merasa tindakan Van Gaal lancang. Van Gaal tidak menaruh respek pada Cruyff karena tidak mengucapkan terima kasih atas undangan makan malam itu.

Menurut Van Gaal, Cruyff menyalahkan dirinya karena itu. Namun, klaim Van Gaal tersebut dibantah oleh Johan Cruyff. “Omong kosong,” kata Cruyff seperti dikutip Daily Mail pada 2014. Entah mana pernyataan yang benar. Tapi kejadian makan malam itu ternyata hanya memperkeruh hubungan keduanya yang memang sudah renggang.

Di Ajax Amsterdam

Bibit kebencian Van Gaal kepada Johan Cruyff sebetulnya mulai berkecambah saat keduanya bermain di Ajax Amsterdam, sekitar tahun 1972. Cruyff adalah sosok penting di balik kegemilangan Ajax era itu. Dengan sumbangan lima gelar Eredivisie, Cruyff seketika menjadi “nama besar” di Ajax saat itu.

Lalu, di mana posisi Van Gaal? Bekas pelatih Bayern Munchen itu bukanlah pemain senior Ajax kala itu. Ia adalah pemain cadangan. Kebetulan posisinya sama dengan Johan Cruyff, yakni gelandang. Van Gaal menginginkan tempat Johan Cruyff, tapi karena Cruyff tampil bagus, tak ada tempat bagi Van Gaal.

Ia harus rela menatap Johan Cruyff dari bangku cadangan lebih lama. Dilansir Daily Mail, Van Gaal pada saat itu tidak menyukai sanjungan yang ditujukan pada Johan Cruyff. Sejak menjadi pemain, bahkan saat usianya masih muda, Van Gaal sudah menjadi pribadi yang ambisius. Ia vokal, dominan, dan sombong.

Ternyata Johan Cruyff juga berwatak demikian. Dengan watak yang sama keduanya berebut peran sebagai playmaker. Cruyff yang menjadi anak emas Rinus Michels, tetap menjadi andalan saat Ajax dilatih Stefan Kovacs. Di titik itulah jalan Van Gaal untuk menjadi pemeran utama di lini tengah Ajax tertutup oleh Johan Cruyff.

Cruyff yang Selalu Menghalangi Van Gaal

Cruyff dianggap menghalangi karier Van Gaal. Kemistri keduanya terlanjur buruk. Hingga akhirnya keduanya berpisah. Van Gaal yang memutuskan untuk membelot ke Sparta Rotterdam akhirnya harus berhadapan dengan Cruyff yang masih berseragam Ajax pada tahun 1980-an.

Namun, permasalahannya tidak sampai di situ. Saat Van Gaal memulai karier melatihnya, terutama saat menukangi Ajax, Cruyff menunjukkan ketidaksukaan pada Van Gaal. Di sisi lain, Van Gaal juga harus bekerja di bawah bayang-bayang Cruyff.

Cruyff telah banyak memberikan trofi kepada Ajax saat bermain maupun melatih. Nah, saat Van Gaal mulai melatih Die Godenzonen, penggemar justru mengelu-elukan nama Johan Cruyff agar ia melatih Ajax. Waktu itu, Cruyff menukangi Barcelona.

Pada tahun 1990-an, saat ditanya tim terbaik, Johan Cruyff juga tidak menyebut Ajax-nya Louis Van Gaal. Alih-alih menyebut Ajax, Cruyff malah mengklaim kalau Parma dan Auxerre jauh lebih baik dari Ajax-nya Van Gaal. Padahal Ajax adalah klub yang membesarkan Cruyff. Keberadaan Van Gaal telah mengubah jalan pikirannya.

Van Gaal yang Mengekor Johan Cruyff

Walaupun berseteru kedua pelatih memiliki jalan karier yang cenderung mirip. Usai bermain di Ajax, keduanya sama-sama melatih Ajax. Keduanya juga memberikan prestasi yang sama luar biasanya. Ingat bagaimana Van Gaal menyulap Ajax jadi tim invincible di musim 1994/95?

Setelah dari Ajax, keduanya juga sama-sama melatih Barcelona. Cruyff memberikan pengaruh besar bagi Blaugrana. Strategi yang kita kenal sebagai “tiki-taka” ternyata idenya sudah mulai dari sini. Cruyff berhasil mengembangkan permainan “total football” yang dicetuskan Rinus Michels dan melahirkan model baru.

Di tangan Johan Cruyff, Barcelona meraih banyak trofi. Tak kurang dari 11 trofi diraih Cruyff selama menukangi Barcelona. Itu sekaligus menjadikan Barcelona tim tersukses saat itu. Tahun 1996, Cruyff harus mengakhiri masanya di Barcelona. Bobby Robson ditunjuk sebagai pengganti.

Namun, pelatih yang juga mengorbitkan Jose Mourinho itu hanya bertahan semusim. Cruyff merasa ia layak menggantikan Bobby Robson. Tapi Barcelona justru menunjuk Louis Van Gaal sebagai pelatih tahun 1997. Hal itu makin membuat Cruyff sulit untuk memaafkan Van Gaal.

Perseteruan di Timnas Belanda

Perseteruan juga berlanjut di Timnas Belanda. Frank Rijkaard, murid Johan Cruyff, menukangi Timnas Belanda antara tahun 1998 hingga 2000. Memasuki tahun 2000, Johan Cruyff merepresentasikan rencananya kepada FA Belanda.

Namun, pada tahun yang sama, federasi justru menunjuk Louis Van Gaal sebagai penerus Rijkaard. Van Gaal yang menjadi pelatih De Oranje menghapus seluruh rencana Cruyff dan menerapkan rencananya sendiri. Ia jelaskan kepada FA Belanda bagaimana kepelatihan Timnas Belanda mesti dijalankan.

Sayangnya, nasib Timnas Belanda justru berakhir suram. De Oranje gagal lolos ke Piala Dunia 2002. Van Gaal kemudian pergi begitu saja, membawa serta rencana-rencananya yang gagal total. Aksi Van Gaal yang menyingkirkan rencana Cruyff di Timnas Belanda dibalas pada tahun 2011 saat keduanya kembali bekerja di Ajax.

Cruyff yang saat itu menjabat komisaris klub menolak menerapkan rencana yang disusun Van Gaal yang saat itu ditunjuk sebagai direktur umum. Kata Cruyff, visi Van Gaal memang bagus, tapi itu bukan visinya. Jadi, Cruyff ingin menjalankan visinya sendiri di tempat di mana ia dibesarkan, tanpa campur tangan Van Gaal.

Perbedaan Visi dan Taktik

Walaupun berseteru dengan Cruyff, Van Gaal sebetulnya adalah pengagum taktik Johan Cruyff. Tapi agak bandel. Sebab Van Gaal punya metode sendiri ketika melatih. Sebagaimana dijelaskan di otobiografi Dennis Bergkamp, Stillness and Speed, yang juga dikutip These Football Times, Van Gaal mengaku tidak mengikuti Cruyff soal gaya bermain.

Tapi sebetulnya, menurut Bergkamp, gaya melatih Van Gaal itu perpaduan antara Johan Cruyff dan Arsene Wenger. Hanya saja dengan variasi metode yang berbeda. Pelatihan Cruyff lebih ofensif dan tidak terlalu banyak menganalisa. Sedangkan Van Gaal sebaliknya. Ia akan mendorong para pemainnya untuk membuat sistem. Bekerja sesuai sistem adalah inti permainan Van Gaal.

Makanya ia sering disebut pelatih kolot. Berbeda dengan Cruyff yang mengedepankan kualitas individu, teknik, penguasaan bola, dan tekanan. Metode Van Gaal adalah paradigma bentuk dan struktur. Tepat di titik itulah Van Gaal sebetulnya jauh lebih variatif soal taktik ketimbang Cruyff. Namun, tentu beresiko. Maka dari itu, Van Gaal sering dihinggapi kegagalan, berbeda dengan Cruyff.

Johan Cruyff Kritik Van Gaal

Van Gaal bahkan berani mengkhianati mazhab Timnas Belanda. Saat dia melatih lagi, Timnas Belanda punya gaya bermain yang berbeda. Hanya di era Louis Van Gaal, Belanda pernah menerapkan skema tiga bek. Namun, evolusi taktik yang dilakukan Van Gaal juga sering dikritik oleh Johan Cruyff.

Sang legenda termasuk sering mengkritik Van Gaal, terutama saat sang pelatih menukangi Manchester United. Dikutip The Guardian, Cruyff menilai bahwa Van Gaal adalah pelatih yang sangat peduli pada detail. Namun, hal itu, kata Cruyff belum tentu cocok diterapkan Van Gaal di setiap tim. “Apakah mereka (pemain MU), bisa mengembangkan permainannya sendiri demi tim?” Kata Cruyff.

Kritik itu tak diindahkan. Van Gaal jalan terus. Namun, dari sini justru dua paradigma sepak bola lahir. Gaya Johan Cruyff dan gaya bermain Louis Van Gaal. Keduanya bahkan ikut menelurkan para pelatih hebat. Jika Johan Cruyff melahirkan Josep Guardiola, Van Gaal memberi jalan bagi Jose Mourinho.

Sumber: DailyMail, BR, TheGuardian, Tempo, TheseFootballTimes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *