Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Mengapa Tidak Banyak Pemain Arab Saudi Bermain di Eropa?

Banyaknya pemain Eropa yang bermigrasi ke Arab Saudi menjadi fenomena tersendiri di bursa transfer kali ini. Arab Saudi ingin “menyita” sepak bola Eropa. Ini menjadi kontradiktif ketika melihat bahwa sejatinya justru tidak banyak pemain Arab Saudi yang pernah atau sedang bermain di Eropa.

Padahal Arab Saudi adalah negara yang sangat disegani urusan sepak bola di Benua Asia. Alap-alap hijau punya tradisi yang cukup kuat di Piala Dunia. Sama seperti Iran dan Australia, mereka setidaknya sudah enam kali berpartisipasi di Piala Dunia. 

Bahkan di edisi yang terakhir, Arab Saudi memberikan kejutan dengan melibas Argentina sekaligus menjadi satu-satunya tim yang mengalahkan Messi CS di edisi tersebut.

Arab Saudi juga telah menjuarai Piala Asia sebanyak tiga kali. Namun begitu, tetap saja tidak banyak dari mereka yang bermain di Eropa. Apalagi di tim-tim Eropa yang berlaga di liga utama. Mengapa tidak banyak pemain Arab Saudi bermain di Eropa?

Pemain-Pemain Arab Saudi yang Pernah ke Eropa

Tidak banyak tidak lantas kita meyakini sebagai tidak ada. Ada kok pemain Arab Saudi yang berkarier di Eropa. Menurut data dari Soccerway, ada sekitar delapan pemain Arab Saudi yang berkiprah di Eropa pada tahun 2023. Namun, semuanya berada di luar lima liga top Eropa.

Mereka tersebar di negara-negara seperti Turki, Slovenia, Portugal, Yunani, Ceko, sampai Kroasia. Sayangnya, selain hanya bermain di kompetisi di luar liga-liga top Eropa, para pemain Arab Saudi itu mentok bermain di kompetisi divisi kedua dari masing-masing liga. Cuma ada satu yang bermain di liga utama. Orang itu adalah Rayan Edress Fallatah yang bermain untuk OFI Crete, klub Liga 1 Yunani.

Kiprah Pemain Arab Saudi di Eropa Sebelumnya

Jauh sebelum itu, ada pemain sayap Fahad Al-Ghesheyan yang pernah dipinjam klub Belanda, AZ Alkmaar pada tahun 1999 dari Al-Hilal. Pemain yang satu ini adalah pesepakbola Arab Saudi pertama yang bermain di Eropa. Malangnya, bersama AZ Alkmaar, Fahad hanya mengemas sembilan laga dan gagal menciptakan satu pun gol.

Lalu, Sami Al-Jaber yang juga dari Al-Hilal pernah dipinjam oleh klub Liga Inggris, Wolverhampton Wanderers. Namun, ia cuma turun dalam lima laga. Bek kiri Arab Saudi dan juga bermain di Al-Ahli, Hussein Abdulghani juga pernah menjajal kompetisi di Liga Swiss.

Walaupun di luar liga top, ia mendapat kesempatan lebih banyak dengan kontrak permanen. Ia bermain di klub Swiss, Neuchatel Xamax selama satu musim, yaitu musim 2008/09. Hussein turun dalam 21 laga. Sempat pulang ke Saudi dan bermain di Al-Nassr, ia kembali ke Eropa dan bermain untuk klub Bulgaria, Vereya pada musim 2017/18.

Kapten Green Falcons di Piala Dunia 2018, Osama Hawsawi juga tercatat pernah dipinjamkan oleh Al-Hilal ke raksasa Belgia, Anderlecht pada tahun 2012. Sayangnya lagi-lagi tidak mendapat kesempatan bermain lebih. Hawsawi hanya bermain di dua laga bersama Anderlecht.

Pemblokiran

Dari kiprah para pemainnya di Eropa tadi, boleh dibilang Arab Saudi sebenarnya tidak pernah kekurangan pemain berbakat yang bisa bermain di Eropa. Salah satu yang mungkin paling fenomenal adalah Sami Al-Jaber. Pemain yang mencatatkan 156 caps bersama Timnas Arab Saudi itu pernah menggemparkan ketika pindah ke Wolves.

Al-Hilal, klub induknya meminjamkan Sami ke Wolves pada tahun 2000. Tidak hanya itu, hebatnya ia juga disodori opsi permanen dengan kontrak senilai 1,3 juta poundsterling atau Rp25,3 miliar kurs sekarang. Meski sempat bermasalah soal izin kerja, Sami Al-Jaber akhirnya sungguh-sungguh merapat ke klub yang saat itu bermain di kasta kedua.

Ia bermain di empat laga sebagai pemain pengganti dan menjadi starter di Piala Liga Inggris. Tapi sungguh disayangkan karena ia hanya bertahan selama lima bulan saja. Dikutip The Guardian, pada tahun 2002 atau tepatnya saat Piala Dunia bergulir, Wolves berencana mempermanenkan Sami Al-Jaber.

Walau tampil sebentar, manajer Wolves kala itu, Dave Jones terkesan dengan kemampuannya. Namun, apa yang terjadi? Malahan pihak Al-Hilal sendiri yang memblokir rencana kontrak permanen itu. “Klub tidak ingin memberikan pemain mereka apa yang pantas mereka dapatkan,” kata Sami Al-Jaber.

Arab Saudi Protektif

Perkataan Sami Al-Jaber itu boleh jadi adalah sindiran untuk otoritas sepak bola Arab Saudi. Memang, sejauh ini Arab Saudi terkenal protektif pada para pemainnya. Kalau ditelusuri lagi, Federasi Sepak bola Arab Saudi atau SAFF malah pernah melarang pemainnya yang tampil di Piala Dunia 1994 untuk ke luar negeri.

Pelarangan itu sempat dicabut empat tahun berselang. Hanya saja pernyataan Sami Al-Jaber itu memperlihatkan tidak ada banyak perubahan dari Arab Saudi. Barangkali sampai hari ini Arab Saudi benar-benar tidak berubah. Lihat saja, daripada mengirim para pemain terbaiknya yang mengalahkan Argentina ke Eropa, justru Arab Saudi lah yang mendatangkan pemain Eropa.

Selain otoritas sepak bola yang sangat protektif pada pemain Arab Saudi, media di sana juga disebut picik. Media Arab Saudi tidak pernah menunjukkan betapa hebatnya pemain-pemain Arab Saudi. Mereka seolah tutup mata pada perkembangan pemain Arab Saudi.

Jika dipikir-pikir, dengan datangnya para pemain Eropa ke Arab Saudi, justru yang akan menjadi sorotan media, terutama di Arab Saudi adalah para pemain Eropa, klub Saudi, dan liganya. Sementara pemain dari Arab Saudi itu sendiri lenyap. Coba, tanpa searching Google, adakah yang ingat siapa pencetak gol pertama Arab Saudi ke gawang Argentina?

Program Mengirim Pemain

Sebetulnya, Arab Saudi pernah menjalankan semacam program untuk “menyekolahkan” para pemainnya ke Eropa. SAFF pernah bekerja sama dengan otoritas La Liga Spanyol pada Oktober 2017. Mereka berinisiatif untuk meminjamkan sekitar sembilan pemainnya ke klub-klub Liga Spanyol.

Jadi, SAFF yang membayar gaji para pemainnya itu, sedangkan klub-klub Spanyol cuma memakai tenaganya saja. Sayap Fahad Al-Muwallad pernah dipinjamkan ke Levante. Lalu, pencetak gol kedua Arab Saudi ke gawang Argentina, Salem Al-Dawsari juga pernah dikirim ke Villarreal.

Para pemain tadi dikirim agar mendapatkan fasilitas dan kenyamanan di klub La Liga. Tujuannya untuk persiapan Piala Dunia 2018. Namun, menurut laporan Vogue, hal ini justru menimbulkan kontroversi di Spanyol. Tak sedikit yang menduga kesepakatan itu hanya untuk proyek pencucian uang dari kerajaan Arab Saudi.

Gaji Sudah Mahal, Buat Apa ke Eropa?

Harus diakui ketika pemain Arab Saudi pergi ke luar negeri, bermain di Eropa misalnya, mereka harus menghadapi berbagai resiko. Bermain di negaranya sendiri mereka adalah bintang sepakbola. Tetapi ketika ke Eropa mereka masih harus berjuang untuk masuk ke tim reguler atau starter. Para pemain Arab Saudi tidak betah akan hal itu.

Mereka yang sudah berstatus bintang di Liga Arab Saudi dibayar sangat besar. Oleh karena itu mereka tetap bertahan di Arab Saudi. Apalagi di Eropa belum tentu si pemain bisa mendapatkan uang yang sama ketika bermain di Arab Saudi. Singkatnya, kalau di negeri sendiri saja bisa dapat gaji tinggi ngapain harus ke Eropa?

Terlebih kini pemain Eropa saja malah berduyun-duyun mencari gaji besar di Arab Saudi. Eks Presiden SAFF, Yasser Al-Misehal sendiri mengakui kalau pemain top di Arab Saudi diberikan penawaran fantastis dari klub-klub Saudi. Jadi, ya wajarlah kalau mereka ogah bermain di Eropa. Well, bagaimana kalau menurut football lovers?

Sumber: TheGuardian, Vogue, Soccerway, IrishExaminer, LigaLaga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *