Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Mengapa Kepindahan Gabri Veiga ke Al-Ahli Disesali Banyak Pihak?

Dari ratusan kata sifat yang tersedia di dunia ini, kata “embarassing” alias “memalukan” jadi kata yang dipilih Toni Kroos untuk menanggapi transfer Gabri Veiga. Kata tersebut dituliskan Toni Kroos di kolom komentar postingan Instagram Fabrizio Romano yang mengabarkan kepindahan Gabri Veiga dari Celta de Vigo ke Al-Ahli.

Komentar yang sempat mendapat lebih dari puluhan ribu likes itu memang langsung dihapus oleh yang bersangkutan. Namun, jika kita menyelami lebih dalam, masih ada banyak komentar serupa atau bahkan jauh lebih kasar. Intinya, banyak pihak yang menyesali dan menyayangkan keputusan Gabri Veiga pindah ke klub Arab Saudi tersebut.

Tak bisa dipungkiri kalau di tengah arus kepindahan pemain kelas dunia menuju Liga Pro Saudi, transfer Gabri Veiga jadi yang paling mengejutkan sekaligus paling disesali. Ada beberapa faktor yang melatar belakanginya. Namun, siapa sebenarnya Gabri Veiga? Dan mengapa ia telah membuat banyak pihak kecewa?

Gabri Veiga: Prospek Cerah Spanyol dan Eropa

Sebelum diresmikan sebagai pemain anyar Al-Ahli, Gabri Veiga adalah salah satu “komoditas panas” di pasar transfer musim panas ini. Veiga bahkan diyakini sebagai salah satu prospek paling cerah di Eropa saat ini.

Pemain bernama lengkap Gabriel Veiga Novas itu lahir pada 27 Mei 2002. Ya, dia masih berusia 21 tahun dan pemuda kelahiran O Porriño, Pontevedra, Galicia itu juga baru membuat impresi positif di musim lalu.

Gabri Veiga sudah bergabung dengan akademi Celta de Vigo sejak berusia 11 tahun. Serupa dengan Brais Mendez, Iago Aspas, atau bahkan Michel Salgado, Gabri Veiga adalah salah satu lulusan terbaik akademi klub yang berbasis di Galicia tersebut.

Gabri Veiga berposisi asli sebagai gelandang. Selain gelandang tengah, pemain berpostur 184 cm itu juga bisa dimainkan sebagai gelandang serang atau bahkan second-striker.

Bakatnya yang besar membuat Gabri Veiga sudah melakoni debut bersama tim cadangan Celta de Vigo pada tahun 2019 saat usianya baru 17 tahun. Setahun berselang, tepatnya pada 19 September 2020, ia mencatat debutnya bersama tim senior Celta de Vigo di La Liga. Sejak saat itu, Veiga jadi lebih sering dipanggil tim senior Los Celestes.

Akan tetapi, Gabri Veiga bisa dibilang baru menjalani musim penuh pertamanya bersama Celta de Vigo di musim 2022/2023 alias di musim lalu. Bahkan lebih tepatnya, ia baru resmi dipromosikan ke tim utama Los Celestes pada 11 Januari 2023.

Tak butuh waktu bagi Gabri Veiga untuk langsung bersinar. Di bawah arahan Eduardo Coudet, Veiga langsung jadi pemain andalan Los Celestes. Ketika Coudet dipecat dan digantikan Carlos Carvalhal, posisi Veiga di lini tengah juga tak tergeser.

Kepercayaan itu dibayar dengan performa apik di lapangan. Musim lalu, Gabri Veiga tercatat dimainkan sebanyak 36 kali di La Liga. Dengan catatan statistik Expected Goals dan Expected Assists sebesar 6,1 dan 2,6, Veiga mampu menghasilkan 11 gol dan 4 asis. Artinya, ia bisa menyelesaikan banyak peluang sulit menjadi gol.

Gabri Veiga adalah pencetak gol terbanyak kedua dalam tim setelah Iago Aspas. Diberkahi dengan skill olah bola yang ciamik, etos kerja yang tinggi, dan visi bermain yang cerdas, Veiga adalah pemain spesial.

Pada bulan Februari lalu, Veiga pernah dinobatkan sebagai La Liga Player of The Month. Puncaknya, di akhir musim 2022/2023, ia masuk dalam daftar La Liga Team of The Season.

Capaian tersebut jadi bukti dari bakat besar yang dimiliki oleh Gabri Veiga. Oleh sebab itulah, keputusannya pindah ke Liga Pro Saudi cukup disesali banyak pihak hingga membuat pemain sekelas Toni Kroos yang selama ini dikenal kalem ikut mengecam kepindahannya.

Toni Kroos Kecam Kepindahan Gabri Veiga ke Al-Ahli

Toni Kroos merupakan salah satu pemain kelas dunia yang diketahui menolak tawaran menggiurkan dari Arab Saudi. Isu pelanggaran hak asasi manusi memang jadi alasannya. Dan setelah komentar “embarassing” yang ia tulis menimbulkan pelomik, gelandang Real Madrid itu bukannya ngerem, malah justru makin ngegas.

Kroos secara terbuka telah menyindir para pemain yang lebih memilih pindah ke Arab Saudi karena alasan uang dan bukan sepak bola. Kepada Sports Illustrated Toni Kroos bilang, “bahwa sepak bola di sana sangat ambisius, namun semuanya berkutat pada uang. Pada akhirnya, ini adalah sebuah keputusan demi uang dan bertentangan dengan sepak bola.”

Toni Kroos bisa mengerti dan bersimpati dengan keputusan pemain semacam Cristiano Ronaldo ataupun Karim Benzema yang pindah ke Arab Saudi di penghujung kariernya. Namun, ia tak setuju dengan mereka yang terhitung masih berada di usia emas dan layak membela klub elit Eropa.

“Setiap orang harus membuat keputusan untuk dirinya sendiri, seperti Cristiano Ronaldo, yang memutuskan untuk melakukannya di penghujung kariernya. Namun menjadi sangat sulit ketika para pemain, yang berada di tengah-tengah karier mereka dan memiliki kualitas untuk bermain di klub-klub terbaik di Eropa, memutuskan untuk melakukan perubahan tersebut,” kata Toni Kroos dikutip dari DailyMail.

Sebenarnya, dalam dunia kerja, sah-sah saja para pemain pindah menuju Liga Arab Saudi yang menawarkan gaji yang lebih besar. Namun, Toni Kroos percaya bahwa para pemain yang pindah ke Arab Saudi itu harus jujur kalau keputusannya pindah semata-mata karena uang.

Dalam kasus Gabri Veiga, yang Toni Kroos sesali adalah fakta bahwa Gabri Veiga masih berada di awal kariernya. Namun, Kroos mungkin saja tak akan bereaksi demikian andai Gabri Veiga lebih memilih tawaran klub top Eropa.

Kronologi Kepindahan Gabri Veiga ke Al-Ahli

Seperti yang sudah disinggung di awal, Gabri Veiga adalah salah satu “komoditas panas” di pasar transfer pemain musim ini. Penampilan apiknya musim lalu tak hanya melambungkan nama Veiga di Negeri Matador, tetapi juga menarik perhatain tim-tim besar Eropa di luar Spanyol.

Sebelum diberitakan pindah ke Al-Ahli, Gabri Veiga lebih dulu menarik perhatian klub-klub Premier League, semacam Liverpool, Arsenal, Manchester City, Newcastle United, dan tak ketinggalan pula, Chelsea. Dari dalam negeri, Barcelona dan Real Madrid juga sempat ikut menaruh perhatian.

Celta de Vigo sendiri awalnya ogah melepas bintang mudanya. Namun kemudian, Los Celestes membuka pembicaraan bila ada klub yang sanggup memenuhi klausul pelepasan sebesar €40 juta.

Singkat cerita, Liverpool diberitakan jadi klub yang menghuni pole position untuk menggaet Gabri Veiga. Namun kemudian, Napoli berhasil menyalip kesepakatan setelah menyetujui semua persyaratan yang diinginkan Celta Vigo.

Harga €36 juta telah disepakati kedua belah pihak dan Gabri Veiga sendiri telah menyetujuinya secara verbal. Tinggal kesepatan personal dengan sang pemain dan Napoli tampak siap untuk segera memperkenalkan pemain barunya.

Namun tiba-tiba, di hari di mana tes medis telah dijadwalkan, Gabri Veiga batal terbang ke Napoli. Isu permintaan gaji yang tinggi dari pemain 21 tahun itu disinyalir jadi penyebab runtuhnya kesepakatan. Hingga akhirnya, secara mengejutkan, Al-Ahli berhasil membajak transfer Gabri Veiga setelah mengaktifkan klausul pelepasan sebesar €40 juta.

Kabar tersebut tentu mengagetkan semua orang. Dengan statusnya sebagai salah satu pemain muda paling bersinar di Eropa, dan diyakini sebagai masa depan La Liga dan La Furia Roja, maka tak berlebihan jika transfer Gabri Veiga dari Celta de Vigo menuju Al-Ahli layak disebut sebagai transfer paling mengejutkan musim ini.

Menurut laporan Marca, Gabri Veiga bisa menerima gaji total sebesar €30 juta jika menyelesaikan kontraknya di Al-Ahli yang berdurasi 3 tahun. Sebagai perbandingan, Gabri Veiga hanya mendapat tawaran gaji berkisar €2 juta pertahun di Napoli.

Jadi, jika disimpulkan, ada dua faktor utama mengapa kepindahan Gabri Veiga ke Al-Ahli disesali banyak pihak. Pertama, Gabri Veiga merupakan pemain muda yang tengah bersinar dan dianggap sebagai salah satu prospek paling cerah di Eropa. Kedua, Gabri Veiga tengah menjadi komoditas panas di pasar transfer pemain dan jadi incaran banyak klub top Eropa.

Namun, di tengah harapan yang besar, lampu sorot yang makin terang, dan tawaran karier yang makin menggiurkan, Gabri Veiga justru lebih memilih pinangan Al-Ahli yang memberinya jaminan gaji lebih tinggi. Itulah mengapa kepindahan Gabri Veiga dari Celta de Vigo ke Al-Ahli disesali banyak pihak.

Jika melihat detail kontraknya, harian Marca percaya kalau Gabri Veiga mau menerima pinangan Al-Ahli karena hanya memberinya kontrak 3 tahun tanpa batasan klausul keluar. Artinya, ia bisa mendapat penghasilan besar dan mungkin masih bisa kembali ke Eropa di usia pertengahan 20an.

Jadi, kalau kalian bagaimana Football Lovers? Apakah kalian setuju dan mendukung keputusan Gabri Veiga? Atau malah satu gerbong dengan Toni Kroos yang tak hanya menyesali tetapi juga mengecam kepindahannya ke Al-Ahli?


Referensi: Breaking The Lines, DailyMail, Goal, Football-Espana, Standard, Football italia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *