Kebangkitan Newcastle United musim 2022/23 tak lepas dari campur tangan sang kapten, Kieran Trippier. Bek berkebangsaan Inggris itu jadi pemain paling berpengaruh di setiap pertandingan The Magpies. Posisinya bahkan hampir tak tergantikan di sektor belakang. Meski berposisi bek, Trippier jadi pemain yang paling sering menciptakan peluang bagi timnya.
Berkat bantuannya kini Newcastle bisa kembali berlaga di Liga Champions setelah puluhan tahun absen. Ini jadi pencapaian yang luar biasa bagi klub maupun Trippier sendiri. Karena ia telah melewati banyak tangis dan amarah sebelum akhirnya memperkuat Newcastle. Trippier bahkan rela mengkhianati keluarganya sendiri demi meraih karir sepakbola yang lebih gemilang. Lantas, bagaimana ceritanya kok Trippier setega itu sama keluarganya?
Tumbuh Ditengah Fans Manchester United
Trippier memang terkenal setelah bermain untuk Tottenham. Tapi ia ternyata tumbuh di keluarga yang begitu mencintai Manchester United. DNA Setan Merah begitu kental mengalir di setiap sel-sel kehidupan keluarganya. Bahkan ayahnya beberapa kali mengajak Trippier muda untuk datang ke Old Trafford.
Lahir dan besar di kota bernama Burry yang terletak di Greater, Manchester, seharusnya tak sulit bagi Kieran Trippier untuk mencintai klub yang juga amat disayangi oleh keluarga besarnya itu. Tumbuh sebagai putra daerah asli Manchester, keluarganya tak bosan-bosan untuk memupuk kecintaan terhadap klub bersejarah itu ke dalam benak Trippier.
Orang tuanya bahkan sangat mendukung apabila anaknya memutuskan untuk seorang pesepakbola dan bisa bermain di Manchester United suatu saat nanti. Namun, cinta memang tak bisa dipaksakan. Meski tumbuh dengan doktrin yang sangat kuat, Manchester United bukan cinta sejatinya.
Join Akademi Manchester City
Ketika sang ayah, Chris Trippier berusaha menggiring Kieran Trippier untuk masuk akademi Manchester United, ia justru menolak. Itu jadi keputusan yang mengejutkan. Tak pernah terbayangkan oleh sang ayah kalau anaknya akan menolak untuk menjadi bagian dari keluarga besar Manchester United.
Yang bikin keluarganya makin kecewa adalah pemain yang kini berusia 33 tahun itu justru memilih bergabung dengan akademi dari rival sekota United, yakni Manchester City. Ayahnya yang shock pun sempat marah dan tak mau bicara dengan Trippier. Mimpinya untuk melihat sang buah hati menjadi pemain MU seketika pupus.
Namun, di sisi lain ibunya yakni Eleanor Lomax tetap mendukung apapun keputusan putranya. Asal masih berkutat di sepakbola, itu tak masalah. Toh masih di level akademi, jadi kesempatan untuk bergabung Manchester United masih terbuka lebar di kemudian hari.
Meski sempat terjadi perpecahan di dalam keluarganya, Trippier tak mau merevisi keputusannya. Manchester City adalah jalan yang ia pilih. Trippier pun bergabung dengan akademi City pada tahun 1999 saat usianya baru menginjak sembilan tahun.
Mungkin sebagai seorang anak, Trippier sudah mengecewakan sang ayah. Tapi keputusan yang ia ambil sudah final. Menurut mantan pemain Atletico Madrid itu lingkungan Manchester City yang berada di tengah kota jauh lebih baik untuk kehidupan dan perkembangan karir sepakbolanya.
Ditemukan Eddie Howe
Tahun 2007, saat usia Kieran Trippier 17 tahun ia sudah menembus skuad utama Manchester City. Namun, ia tak mendapat kesempatan bermain semenit pun. Meski begitu, Trippier tak mau buru-buru menyimpulkan kalau ini adalah karma yang didapat gara-gara mengkhianati sang ayah. Ia masih mau berjuang di sepakbola.
Akhirnya Trippier memutuskan untuk bergabung Barnsley dengan status pinjaman pada tahun 2009. Kesempatan ini harus diambil karena pemain muda sepertinya butuh jam terbang lebih guna membuktikan diri.
Di klub tersebut, ia mencatatkan 39 pertandingan. Penampilannya bersama Barnsley menarik perhatian manajer Burnley, Eddie Howe. Pelatih berpaspor Inggris itu melihat ada potensi dalam diri Trippier. Akhirnya, Burnley pun mendatangkannya pada tahun 2011. Namun, City awalnya hanya mengizinkan Trippier pergi sebagai pemain pinjaman saja.
Berstatus sebagai pemain pinjaman, Trippier justru tampil apik. Di tangan Howe, Trippier mampu memaksimalkan potensinya. Dirasa sukses, sang pelatih pun mempermanenkan Trippier. Namun di tahun 2012 kepelatihan berganti ke Sean Dyche. Meski begitu, Trippier tetap bertahan karena ia mulai kerasan di Burnley.
Setelah tiga tahun dan telah mengukuhkan 145 penampilan untuk Burnley, nama Kieran Trippier mulai diperhitungkan sebagai salah satu bek kanan berkualitas. Bahkan, manajer sekelas Mauricio Pochettino pun tergoda dengan talenta Trippier. Tahun 2015, Trippier pun meningkatkan level karirnya dengan bergabung tim papan atas Liga Inggris, Tottenham.
Piala Dunia 2018
Awalnya Kieran Trippier hanya jadi pelapis Kyle Walker saja di Spurs. Ia hanya bermain apabila Walker mengalami cedera. Posisi tersebut bertahan selama dua musim lamanya sebelum akhirnya Manchester City datang. Tapi untuk memboyong Walker, bukan dirinya. Meski begitu, kepergian Walker jadi berkah tersendiri bagi Trippier.
Pochettino sendiri memang selalu memiliki bek sayap hebat di setiap tim yang ia bela. Sejak di Southampton, ia memiliki Nathaniel Clyne di kanan dan Luke Shaw di kiri. Sedangkan di Spurs ia mempunyai Kyle Walker. Jadi, ketika Walker pergi, Trippier disulap menjadi bek kanan kelas dunia oleh Pochettino.
Setelah mendapatkan posisi utama di skuad The Lilywhites, karir Trippier semakin melesat. Bahkan namanya masuk dalam skuad Timnas Inggris asuhan Gareth Southgate yang berlaga di Piala Dunia 2018. Kontribusinya cukup besar dalam membawa The Three Lions mencapai babak semifinal di kompetisi tersebut. Umpan-umpan silang dan kemampuannya mengeksekusi bola mati jadi kekuatan utama Kieran Trippier.
Menolak Tawaran Manchester United
Meski karir Trippier melejit bersama Spurs dan Timnas Inggris, ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya mengangkat trofi. Oleh karena itu, ia mencari tantangan baru di Spanyol bersama Atletico Madrid tahun 2019. Pengorbanan Trippier untuk mengkhianati keluarga dan merantau jauh dari Inggris tak sia-sia.
Sang pemain membantu Los Rojiblancos menjuarai Liga Spanyol musim 2020/21. Sekaligus jadi musim yang luar biasa bagi Trippier dan Atletico. Karena mereka menggusur dominasi dua raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid di La Liga.
Dua tahun di Spanyol, Trippier memutuskan untuk pulang kampung. Ia terbuka dengan segala tawaran yang ada. Asal klub tersebut berasal dari Inggris. Di situasi ini beberapa tawaran pun bermunculan dan salah satunya dari Manchester United. Inilah momen yang ditunggu-tunggu oleh segenap keluarga besar Trippier di kampung halaman.
Kesempatan ini sebetulnya bisa jadi penebus dosa Trippier kepada ayahnya di masa lalu. Tapi lagi-lagi Trippier memilih untuk berada di posisi yang berseberangan dengan keluarganya. Ia menolak tawaran Manchester United demi Newcastle United yang memiliki proyek menarik usai diakuisisi oleh Arab Saudi.
Berakhir di Newcastle United
Dilansir Goal, Trippier menuturkan kalau negosiasi dengan Newcastle berjalan cepat. Tak seperti dengan Manchester United. Eddie Howe turun langsung dalam negosiasi untuk meyakinkan Trippier. Ia yang sudah mengenal baik Howe tak pikir panjang untuk menerima tawaran The Magpies dan kembali bermain di bawah asuhannya.
Meski pada akhirnya kalah di final Carabao Cup dari Manchester United, pilihan Trippier untuk menolak MU terbilang tepat. Mungkin jika bergabung ke MU, ia tak akan mendapat peran sevital di bawah asuhan Howe. Meski berstatus pemain baru, ia langsung dipercaya untuk menjadi kapten tim hingga sekarang.
Sumber: MEN, Mirror, Goal, 90min