Josip Ilicic adalah salah satu pesepak bola terbaik yang pernah dimiliki oleh Slovenia. Dia adalah peraih penghargaan Slovenian Footballer of The Year 2019 dan Serie A Team of The Year 2019.
Merantau ke Italia sejak berusia 22 tahun, Ilicic mencapai puncak kariernya satu dekade kemudian saat membela Atalanta. Namun sayangnya, performa magisnya bersama La Dea harus terhenti dengan cara yang tragis.
Ilicic tiba-tiba menghilang. Ketika kembali, performanya terjun bebas. Penampilannya berubah drastis. Ia dikabarkan depresi dan kini namanya mulai menghilang bak ditelan bumi.
Apa penyebabnya dan bagaimana kabar Josip Ilicic sekarang?
Performa Magis Josip Ilicic Bersama Atalanta
Josip Ilicic pertama kali mendarat di Serie A Italia pada musim panas 2010. Palermo adalah klub pertamanya di Italia. Ilicic bertahan di Palermo selama 3 musim. Ia kemudian membela Fiorentina selama 4 musim sebelum diboyong Atalanta di musim panas 2017.
Selama membela Palermo dan Fiorentina, Josip Ilicic jarang mendapat sorotan. Ia kerap dicap inkonsisten karena bisa mencetak banyak gol di laga-laga krusial, tetapi menghilang di laga-laga berikutnya. Ilicic juga sempat dijuluki “nonna” karena sifatnya yang pemurung.
Akan tetapi, itu tak berlaku di Atalanta. Allenatore Gian Piero Gasperini berhasil memahami perasaan Ilicic yang rapuh dan mengeluarkan potensi terbaiknya. Sejak berseragam biru hitam La Dea, Ilicic tampil bak seorang penyihir bagi La Dea.
Ilicic bisa dimainkan sebagai playmaker, winger, ataupun striker. Ia tak hanya bisa mencetak gol, tetapi juga bisa memberi asis, maupun membuka ruang bagi rekan setimnya.
Tidak salah jika dulu Gazzetta dello Sport pernah menjuluki Josip Ilicic sebagai “ballerina dengan tubuh petinju”. Bertinggi badan 190cm, Ilicic begitu licin saat membawa bola, tetapi juga tidak mudah dijatuhkan ketika berduel dengan lawan.
Ilicic adalah seniman lapangan hijau yang memiliki segudang keahlian untuk melakukan gerakan tipuan. Kecepatan dan gaya bermainnya membuat Ilicic juga mendapat julukan “Il Professore”.
Hasilnya, 15 gol dan 10 asis berhasil ia cetak di musim 2017/2018. Di musim berikutnya, 13 gol dan 9 asis ia catatkan. Puncaknya, di musim 2019/2020, Ilicic berhasil menorehkan 21 gol dan 9 asis.
Musim tersebut jadi musim terbaik dalam sejarah La Dea. Mereka berhasil finish di peringkat 3 Serie A dengan rekor 98 gol. Catatan gol tersebut bahkan hanya kalah dari Bayern Munchen dan Manchester City.
Atalanta yang untuk pertama kalinya mentas di Liga Champions juga berhasil lolos ke fase gugur. Dan tentu saja, penampil terbaik Atalanta di musim tersebut adalah Josip Ilicic.
Laga versus Valencia di leg kedua babak 16 besar UCL tentu jadi penampilan terbaik Ilicic. Di laga tersebut, Atalanta berhasil mengalahkan Valencia dengan skor 4-3 dan keempat gol La Dea di laga yang tidak dihadiri penonton tersebut diborong oleh Josip Ilicic.
Ilicic jadi pemain pertama yang bisa mencetak 4 gol di laga tandang fase gugur UCL dan jadi pemain tertua yang bisa mencetak 4 gol dalam 1 laga UCL, mengalahkan rekor seorang Zlatan Ibrahimovic.
Oleh karena itu, Josip Ilicic juga pantas bila dijuluki “Si Tua Keladi”. Makin tua makin jadi. Sebab, ketika ia mencetak rekor tersebut, usianya sudah 32 tahun 42 hari.
Sayangnya, laga vs Valencia juga menjadi laga terbaik terakhir yang Josip Ilicic tampilkan untuk Atalanta. Setelah itu, pandemi Covid-19 menerjang dengan ganas. Sepak bola ikut terdampak hingga membuat seluruh kompetisi dihentikan.
Lalu, ketika Serie A melakukan “restart”, performa Ilicic menurun drastis. Puncaknya, ia absen tatkala Atalanta menjamu PSG di babak 8 besar. Penyebabnya, Ilicic diizinkan pulang kembali ke rumahnya di Slovenia.
Spekulasi pun merebak. Ilicic dikabarkan ingin pensiun dari sepak bola. Gosipnya, Ilicic mengalami depresi setelah menemukan istrinya, Tina Polovina, selingkuh dengan lelaki lain ketika Ilicic berniat memberinya kejutan.
Namun, apakah benar kabar perselingkuhan sang istri jadi penyebab depresi yang diderita Josip Ilicic?
Josip Ilicic: Korban Perang yang Diselamatkan Sepak Bola
Apa yang Josip Ilicic nikmati selama 3 musim pertamanya di Atalanta adalah buah dari perjalanan hidupnya yang banyak mengalami pasang surut. Tragedi, kekecewaan, ataupun frustrasi sudah dirasakan Ilicic sejak lahir.
Josip Ilicic bisa dibilang sebagai korban perang, tepatnya Perang Bosnia. Ia lahir pada 29 Januari 1988 di kota Prijedor di wilayah Bosnia yang saat itu masih menjadi bagian dari Serbia. Saat Ilicic masih berusia 7 bulan, sang ayah tewas dibunuh. Pelaku diduga merupakan tetangga Ilicic yang merupakan orang etnis Serbia. Ilicic sendiri lahir dari keluarga etnis Kroasia.
Sang ibu kemudian membawa Josip Ilicic dan kakaknya, Igor Ilicic menyebrang ke Slovenia, menjadi pengungsi perang dan memulai kehidupan dari awal. Perang punya dampak yang besar dalam kehidupan seseorang. Dan bagi Ilicic, perang telah membuatnya tak mengenal sosok ayah.
Ilicic pernah bilang, “Saya tidak tahu apa arti kata ‘ayah’, teman-teman sekolah saya yang menjelaskannya kepada saya.” Ya. Josip Ilicic tidak hanya mengenal ayahnya, tetapi juga tidak mengerti arti seorang ayah.
Kehidupan Ilicic di tanah pengungsian kemudian diselamatkan oleh sepak bola. Awalnya, ia menggeluti sepak bola jalanan sebelum akhirnya mengikuti jejak sang kakak untuk bergabung dengan akademi lokal kota Kranj, Triglav dan Britof.
Singkat cerita, pada usia 19 tahun, Ilicic menantang diri dengan memutuskan untuk pergi ke SC Bonifika, klub divisi 2 Liga Slovenia. Di sanalah bakatnya ditemukan oleh NK Interblock, salah satu peserta divisi teratas Liga Slovenia kala itu.
Josip Ilicic: Sempat Ingin Pensiun Dini di Usia 21 Tahun
Di musim pertamanya, Ilicic berhasil merasakan juara Piala Slovenia 2009. Akan tetapi, kepindahannya ke Interblock Ljubljana sebenarnya merupakan salah satu episode tersulit dalam karier sepak bolanya.
Meski dirinya mampu mencetak 14 gol dan 3 asis dan jadi pemain dengan prospek yang cerah, Ilicic justru merasa hampir tidak pernah dimainkan. Sudah berkali-kali ia ingin pindah, tetapi terus saja ditahan. Kondisi tersebut diperparah dengan degradasinya Interblock ke divisi 2 dan kondisi finansial tim yang ambruk. Yang terjadi kemudian, mental Ilicic terganggu.
Ilicic sempat trial ke klub Moldova, tetapi gagal. Sialnya lagi, ia juga mengaku kalau punya agen yang nakal. Rentetan ujian hidup tersebut membuat Josip Ilicic sudah punya keinginan untuk pensiun dini dari sepak bola di usia 21 tahun.
Di tengah kegalauannya, Ilicic sempat berpikir untuk banting stir ke futsal. Futsal bukan hal asing bagi Ilicic yang akrab dengan sepak bola jalanan. Kala itu, selama 2 minggu masa penganggurannya, Ilicic juga sempat mencoba mencari pekerjaan lain.
Di tengah ketidakpastiaan, Zlatko Zahovic, legenda hidup sepak bola Slovenia yang kala itu juga merupakan direktur olahraga NK Maribor datang menyelamatkan hidup Josip Ilicic. Ilicic lalu bergabung dengan klub tersukses Slovenia itu dengan kesepatakan 80 ribu euro.
Namun, ia hanya bertahan di NK Maribor kurang dari 3 bulan. Satu gol yang Ilicic buat ke gawang Palermo di leg kedua play-off Liga Europa 2010/2011 kembali mengubah jalan hidupnya. Keesokan harinya, Palermo yang tersihir dengan penampilan Ilicic langsung menyelesaikan transfer Ilicic senilai 2,3 juta euro.
Konon katanya, Ilicic sudah lama diincar Palermo. Direktur Palermo saat itu, Walter Sabatini dikabarkan sudah mengontak Ilicic setelah melihat DVD yang memperlihatkan permainannya di Interblock.
Di usianya yang ke-22, Josip Ilicic pun merantau ke Pulau Sisilia. Ia resmi berseragam Palermo dan berlaga di Serie A, liga yang dulu hanya bisa ia tonton di televisi. Singkat cerita, Ilicic kemudian mencapai puncak kariernya 1 dekade kemudian saat berseragam Atalanta.
Penyakit Misterius yang Mengubah Hidup Ilicic
Perjalanan karier Josip Ilicic di Atalanta sebenarnya tak selalu berjalan mulus. Di balik magisnya yang menyihir Serie A bahkan Liga Champions, Ilicic menyimpan ketakutan.
Di awal musim 2018, Ilicic menderita sebuah penyakit misterius yang harus membuatnya absen beberapa bulan lamanya. Konon, penyakit yang diderita Ilicic adalah infeksi bakteri pada kelenjar betah bening atau limfadenitis.
Siapa sangka, penyakit misterius itu membuat Ilicic menjadi takut akan terjadinya hal-hal buruk. Salah satu ketakutan yang paling diingat Ilicic adalah kematian mantan rekan setimnya di Fiorentina, Davide Astori pada 4 Maret 2018.
“Pada hari-hari itu, saya banyak memikirkan Davide, saya takut tidur dan tidak bangun, tidak melihat orang yang saya cintai lagi”. Penyakit itu juga mengubah pandangannya. Ilicic sadar kalau “sepak bola bukanlah segalanya dalam hidup”.
Pandemi Covid-19, Penyebab Ilicic Jatuh Depresi?
Dari kisah Ilicic sejauh ini, kita harusnya paham kalau Ilicic sudah mengalami begitu banyak luka dalam hidupnya. Dan, puncaknya adalah pandemi Covid-19. Di saat itulah ia benar-benar dikabarkan menderita depresi yang serius.
Pandemi jadi sebab yang lebih masuk akal sebagai penyebab jatuhnya mental Josip Ilicic. Sebab, gosip perselingkuhan sang istri sangat sulit dibuktikan. Nyatanya, Ilicic dan sang istri masih hidup bersama hingga hari ini.
Sebelum muncul gosip perselingkuhan, Ilicic lebih dulu diberitakan terpuruk selama lockdown di Bergamo. Papu Gomez, kapten Atalanta juga mengungkap kalau rekannya itu jatuh depresi setelah dinyatakan positif Covid-19.
Kebetulan, Bergamo menjadi episentrum pandemi Covid-19 di Italia. Ilicic merasakan betul situasi mencekam saat itu. Suara sirine ambulans yang terdengar setiap hari, pemandangan peti mati yang menunggu dikubur, pembatasan aktivitas yang begitu ketat, hingga angka kematian yang terus naik jadi santapan Ilicic selama lockdown di Bergamo. Semuanya begitu mempengaruhi mental Ilicic.
Sebagai sosok yang sensitif, bisa jadi apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan selama pandemi Covid-19 telah memanggil kembali luka yang pernah ia rasakan. Semua trauma tersebut berkontribusi pada serangan depresi yang dialami Josip Ilicic.
Karier sepak bola Josip Ilicic memang berhasil diselamatkan. Setelah kondisi mentalnya membaik, ia bisa kembali berlaga bersama Atalanta. Namun, performanya menurun. Hanya 6 gol dan 10 asis yang tercipta di musim 2021 dan hanya 4 gol dan 5 asis yang tercipta di musim 2022.
Puncaknya, pada awal tahun 2022, Josip Ilicic kembali mengalami masalah kesehatan mental. Depresinya kambuh dan sejak 11 Januari 2022 ia menghilang dari skuad Atalanta.
Akhirnya, pada 31 Agustus 2022, kontrak Josip Ilicic di Atalanta diputus dengan persetujuan bersama. Atalanta dan para pendukungnya kemudian menggelar pesta perpisahan pada 1 September 2022 untuk melepas Josip Ilicic.
Setelah hengkang dari Atalanta, Josip Ilicic kembali ke Slovenia. Ilicic yang masih belum mau meninggalkan sepak bola bergabung kembali dengan NK Maribor, klub yang dulu pernah menyelamatkan kariernya.
Namun tentu saja, sejak depresi yang cukup parah menyerangnya, performa bahkan penampilan Josip Ilicic sudah tak lagi sama. Tubuhnya membesar dan magisnya meredup meski ia sesekali masih bisa mengeluarkan skillnya. Sejak depresi, Ilicic juga makin rentan terkena cedera.
Apa yang Josip Ilicic alami jadi pelajaran kita bersama. Masalah kesehatan mental ternyata bisa sangat berpengaruh kepada karier seseorang. Dan bahwasanya, siapapun bisa terkena depresi. Ilicic beruntung karena masih bisa mengolah si kulit bundar. Sebab, Josip Ilicic hanyalah satu dari banyak pesepak bola dunia yang mengalami masalah kesehatan mental.
—–
Referensi: Marca, Football-Italia, Calcio England, AP, Firenze, Zona Cesarini, Calciomercato, The Boar.