Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Kecerobohan MU Menjadi Jalan Sukses Bagi Kylian Mbappe

Mbappe, Mbappe, dan Mbappe. Hampir setiap berita sepakbola dihebohkan tentang perselisihan Mbappe dan PSG yang tak kunjung usai. Dengan segala kontroversinya, si bocil itu juga selalu menjadi headline di bursa transfer.

Tapi sedikit yang membahas bagaimana talenta Mbappe itu mulai ditempa sehingga bisa jadi perbincangan seperti sekarang ini. Ya, masa singkatnya di AS Monaco telah memberinya jalan menjadi bintang. Dan faktanya, ada sedikit sangkut pautnya dengan sikap MU dalam kaitannya dengan bursa transfer. Bagaimana bisa itu terjadi?

Memilih Akademi AS Monaco

Sebelumnya kita tengok dulu Mbappe itu awalnya dari mana. Anak kecil kurus dan tak terlalu tinggi itu awalnya menjalani trial di beberapa klub Prancis. Akhirnya ia masuk akademi AS Bondy. Di sana si bocil mulai mengasah kemampuannya bermain bola.

Setelah menunjukan talentanya di Bonby, ia juga dipanggil masuk akademi Clairefontaine. Akademi pencetak talenta bintang Prancis yang terkenal itu. Setelah ditempa di Clairefontaine, Mbappe akhirnya mulai digoda beberapa klub besar seperti Arsenal, Barcelona, maupun Real Madrid. El Real bahkan pernah mengundangnya bersama orang tuanya untuk menemui Zidane di Bernabeu pada 2013 silam.

Tapi apa daya, si bocil yang masih berusia 14 tahun itu lebih memilih AS Monaco sebagai tempat meniti karirnya. Menurut Mbappe, Monaco sudah terkenal mencetak para pemain muda berbakat yang kelak menjadi bintang.

Di saat Mbappe masuk, Monaco belumlah terlalu bagus. Mereka baru promosi ke Ligue 1 bersama Claudio Ranieri. Kontrak awal Mbappe di Monaco itu berlangsung tiga tahun. Ia statusnya masih sebagai pemain tim muda AS Monaco.

Peran Jean-Claude Lafargue Di Clairefontaine

Talenta Mbappe yang terus berkembang itu tak luput dari peran seorang Jean Claude Lafargue. Seorang pelatih di akademi Clairefontaine. Dibayangi kesuksesan Thierry Henry, Lafargue malah menjulukinya seperti kombinasi “Neymar dan Henry”.

Dari segi permainan menurut Lafargue, Mbappe pandai mengatur posisi untuk mencetak gol. Maka dari itu, Lafargue selalu mengingatkan bahwa dirinya bisa bermain dari segi penyerangan manapun. Termasuk di posisi penyerang tengah sekalipun.

Tapi menurutnya, Mbappe seperti enggan untuk bermain di posisi penyerang tengah. Ia lebih senang bermain di posisi penyerang kiri. Menurut Mbappe, ia benci bermain di penyerang tengah karena pasti dari segi keunggulan fisik, ia akan kalah dengan bek-bek yang besar dan tinggi. Lafargue pun mencoba menuruti apa kemauan Mbappe.

Peran Pelatih Leonardo Jardim

Selain peran Lafargue, peran pelatih Mbappe ketika di Monaco, Leonardo Jardim juga penting. Pelatih Portugal itu pandai mengontrol menit bermain para pemain muda seperti Mbappe. Termasuk ketika debutnya yang mengesankan.

Jardim seakan tak mau gegabah terlalu memforsir seorang pemain muda dengan beban terlalu tinggi tiap pekannya. Menurut Jardim, ia masih punya banyak waktu untuk mengembangkan talenta maupun fisiknya. Maka dari itu, di musim Mbappe debut yakni 2015/16, Jardim hanya mencobanya selama 14 kali saja. Itu pun hanya 2 kali jadi starter.

Di musim itu yang paling diingat publik Monaco dan Prancis tentu adalah gol debut Mbappe. Dirinya mencetak gol di laga melawan Troyes yang berkesudahan 3-1 pada Februari 2016. Gol itu tercatat melampau rekor Thierry Henry sebagai pencetak gol termuda Prancis. Henry di usia 19 tahun, sedangkan Mbappe di usia 17 tahun.

Keluarnya Anthony Martial

Dicobanya Mbappe beberapa kali oleh Jardim di musim berikutnya 2016/17, tak luput dari kepergian wonderkid-nya yang lebih dulu gacor, Anthony Martial. Kita tahu the one and only yang ketika itu digadang-gadang sebagai “The Next Henry” di Monaco adalah Martial, bukan Mbappe.

Mbappe ketika itu masih cungkring dan kelihatan cupu. Sedangkan Martial sudah matang dengan menjadi produk binaan Monaco yang berhasil. Nah, kebetulan posisi Martial ini mirip dengan Mbappe yakni penyerang kiri yang suka cut inside ke dalam area kotak penalti.

Torehannya Martial bagi Monaco pun tak main-main. Walaupun masih 19 tahun, Martial sudah menjadi keran gol bagi Monaco. Predikat sebagai top skor klub dengan 12 gol di musim 2014/15 telah jadi bukti.

Andil MU

Presiden Monaco, Vadim Vasilyev mengatakan bahwa Martial adalah aset yang harus terus dipertahankan. Vasilyev juga awalnya ragu karena Martial masih prematur untuk hengkang ke klub besar. Namun apa daya, pemilik tak bisa menghindari tawaran menggiurkan dari MU.

Red Devils sengaja menawar tinggi Martial waktu itu karena takut diserobot klub lain. Pasalnya diketahui Chelsea, PSG, City, dan Barcelona juga diam-diam sudah menjajaki kepindahan Martial. Dan kejadian, “Si Duta Jalan Sehat” itu akhirnya memilih bergabung dengan Red Devils di 2015. Monaco saat itu benar-benar kehilangan permatanya di penyerang kiri.

Ya, karena kepergian Martial itulah, Mbappe mulai dipromosikan di skuad senior Monaco. Ketika itu Mbappe masih dibimbing oleh striker macam Vagner Love, El-Shaarawy, Lacina Traore, maupun Guido Carrillo.

Musim Fenomenal Mbappe Di Monaco

Barulah di musim 2016/17, Mbappe makin berkembang dan mulai banyak dijadikan starter. Mbappe diplot di penyerang kiri oleh Jardim dengan didampingi Falcao. Masih berusia 19 tahun, Mbappe sukses menjadi pemain muda yang fenomenal di musim itu.

Dari penampilannya yang mencapai 44 laga, ia mampu menorehkan 26 gol dan 14 assist bagi Monaco. Mbappe jadi salah satu permata yang melengkapi kesolidan skuad Monaco yang diisi Fabinho, Benjamin Mendy, Bernardo silva, Joao Moutinho, Thomas Lemar, maupun Bakayoko. Hasilnya pun terbukti. Gelar Ligue 1 yang hanya menjadi langganan PSG, akhirnya dirampas oleh Monaco.

Yang lebih mengesankannya lagi, dirinya juga tampil hebat di Liga Champions. Monaco benar-benar menjadi underdog di musim itu. Mereka bisa melangkah jauh hingga babak semifinal. Salah satu aktornya yakni pemuda 19 tahun tersebut. Dua gol Mbappe ke gawang Manchester City di 16 besar, mampu menyumbang mimpi buruk bagi gugurnya pasukan Pep.

Begitu pula sumbangan tiga golnya yang memulangkan Dortmund di perempat final. Namun sayang, satu golnya yang disumbangkan melawan Juventus di semifinal gagal membawa Monaco ke final.

Hijrah Dari Monaco

Dari semua fenomena itu pertanyaanya, kalau masih ada Anthony Martial di Monaco, apakah Mbappe bisa mendapat banyak kesempatan untuk mencoba mengeluarkan kemampuan terbaiknya di Monaco?

Ya, Mbappe bagaimanapun harus berterima kasih kepada banyak pihak termasuk MU karena membeli Martial meski ia belum matang betul. Karena dalam waktu singkatnya di Monaco, dirinya sudah punya banyak kesempatan menapaki jalan terang menjadi bintang.

Masa singkat tampil di skuad senior Monaco dengan usia yang masih belia, menjadi catatan yang tak terlupakan bagi karir Mbappe. Untung saja sih, Mbappe ketika itu tak gegabah pindah ke klub besar di luar Prancis seperti Martial.

Sumber Referensi : ligue1, skysports, sports360, transfermarkt, goal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *