Final Liga Champions di depan mata. Kompetisi paling akbar bagi klub-klub Eropa itu selangkah lagi menghasilkan juara. Manchester City punya misi adiluhung untuk menggenapi trofinya musim ini menjadi tiga. The Citizens juga mengemban misi mendapatkan trofi Liga Champions.
Sebuah gelar prestisius yang sangat didambakan publik Etihad. Untuk itu, mereka harus mengalahkan Internazionale di final. Memang, banyak yang mengunggulkan Manchester City.Β
Namun, harus dicatat baik-baik. Laga nanti adalah final Liga Champions. Dan Inter lebih senior daripada Manchester City. La Beneamata sudah pernah membawa pulang trofi itu, sedangkan The Citizens mengangkatnya saja belum. Jadi mampukah Inter mempertahankan harga dirinya?
Manchester City Sedang Mode On Fire
Sebelum laga final nanti, Manchester City sedang dalam kepercayaan diri penuh. Pasukan Josep Guardiola baru saja mengalahkan rivalnya, Manchester United dan memenangkan Piala FA.Β
Manchester City juga sudah menyegel gelar Liga Inggris. Jelas, dengan menyabet gelar ketiga Liga Inggris dan satu Piala FA, City berada di atas angin. Anak asuh Guardiola lebih dari siap untuk menghadapi Inter Milan.
Lagi pula, The Citizens punya rekor lumayan apik ketika menghadapi tim-tim dari Italia. Sejak tahun 1976, Manchester City 16 kali bertemu tim Italia. Dari situ City memetik enam kemenangan, enam hasil imbang, dan hanya empat kali berakhir kalah.
Foto para pemain Manchester City dengan trofi FA Cup π
A THREAD π pic.twitter.com/StGUkdLhd5
β Cityzens Indonesia (@CityzensID) June 4, 2023
Perjalanan Kedua Tim Sebelum ke Final
Di final Liga Champions yang Insya Allah akan diadakan di Istanbul nanti, City kian diunggulkan bukan hanya karena modal juara Liga Inggris dan Piala FA, tapi lantaran mereka juga belum terkalahkan di Liga Champions musim ini. Di fase grup saja, City memenangkan empat dari enam laga. Sisanya berakhir imbang.
Bahkan nih ya, klub yang sering disebut King Eropa saja gagal mengalahkan The Citizens. Tidak hanya itu, Bayern Munchen yang sudah ditukangi Thomas Tuchel, manajer yang pernah mengalahkan Guardiola di final, tak bisa membendung Manchester City.
Catatan ini berkebalikan dengan Inter. Il Biscione sudah kalah dua kali di Liga Champions musim ini. Kekalahan itu terjadi di fase grup dan pelakunya adalah Bayern Munchen. Jadi, dalam hal ini, Manchester City lebih baik.
Evolusi Taktik Guardiola Bisa Muluskan Jalan City
The Citizens juga punya kedalaman skuad yang kita tak perlu bahas panjang-panjang. Namun, satu hal yang bisa memuluskan langkah City menyabet treble musim ini adalah evolusi taktik Josep Guardiola. Si Gundul yang satu ini selalu punya cara untuk menang.
Guardiola bukan lagi sosok idealis dengan gaya permainan penguasaan bola. Taktiknya selain adaptif, juga cenderung tak memaksakan. Guardiola kini nyaman dengan formasi 3-2-4-1. John Stones ia dorong menjadi gelandang bertahan, berduet dengan Rodrigo.
CB, RB, DM
John Stones bisa bermain di posisi ini. Dan tentunya sesuai kemauan Pep Guardiola.Calon Legenda ManCity. pic.twitter.com/t1tTmPuofk
β Pantau City Indonesia (@PantauManCity) April 2, 2023
Manuel Akanji, Ruben Dias, dan Kyle Walker akan tetap menjadi trio di lini belakang. Sedangkan Jack Grealish dan Bernardo Silva akan diplot sebagai dua pemain sayap. Erling Haaland di depan akan dibantu dua pemain di belakangnya, Kevin de Bruyne dan Ilkay Gundogan.
Dua nama terakhir bakal diandalkan Guardiola untuk membongkar pertahanan Inter. De Bruyne dengan mobilitasnya, umpannya, dan kualitas tembakannya. Sementara Gundogan sering kali tak terduga. Ia cerdas dalam menempati posisi. Dalam fase menyerang, City akan mengandalkan dua sayap mereka yang tidak hanya bergerak melebar tapi juga mengeksploitasi koridor half space.
Zinchenko and Gabriel are going to be key to this, and itβs about stopping Kevin De Bruyne picking up the ball in this area of the pitch, the right half space. When De Bruyne is allowed space and time here, he is absolutely lethal. pic.twitter.com/cKKGZrwqtv
β Alexander (@AMonFootball) February 14, 2023
City pasti akan mengambil inisiatif terlebih dahulu. Mencoba menekan untuk mematahkan lini pertama lawan. Mereka akan melakukan build-up dari bawah, dengan dua bek mereka, Akanji dan Walker melebar untuk melakukan progresi. Dias dan Ederson adalah penyuplai bola.
Stones dan Rodri akan bergiliran menggantikan posisi Akanji dan Walker saat fase tersebut. Sementara, ketika bertahan, Guardiola akan menumpuk pemain di lini belakang.Β
Juga menghentikan sayap lawan, mencoba menekannya lewat dua atau tiga pemain, sehingga memaksa sayap lawan untuk menguasai bola lagi, batal melakukan progresi serangan. Cara ini berhasil kala menghadapi MU. Lini sayap Setan Merah dibuat kesulitan untuk membongkar pertahanan City.
Modal Inter
Jika Manchester City datang ke final Liga Champions dengan gelar Liga Inggris dan Piala FA, Inter datang sebagai juara Coppa Italia. Di final kemarin, pasukan Simone Inzaghi melumpuhkan perlawanan Fiorentina. Inter juga berhasil finis di posisi ketiga di Serie A dengan mengumpulkan 72 poin.
Pasti banyak yang bilang, Inter hanya beruntung bisa lolos ke partai final. Hoki lantaran musuh-musuh yang dihadapi sebelumnya bukanlah tim-tim kuat. Tidak seperti Manchester City yang sudah melibas Real Madrid dan Bayern Munchen. Namun, mengatakan Inter lolos karena hoki jelas menyepelekan pasukan il Nerazzurri.
Simone Inzaghi telah memenangkan 7οΈβ£ Final terakhirnya sebagai manajer.
β’ Lazio 3-2 Juventus (Supercoppa 2017) β
β’ Lazio 2-0 Atalanta (Coppa Italia 2018/19) β
β’ Lazio 3-1 Juventus (Supercoppa 2019) β
β’ Inter Milan 2-1 Juventus (Coppa Italia 2021/22) β
β’ Inter Milan 4-2β¦ pic.twitter.com/jtWWxw6t2uβ FaktaBola (@FaktaSepakbola) May 30, 2023
Nyatanya, musuh-musuh yang dihadapi Inter jelas merata. AC Milan bukan lawan enteng. Benfica juga toh sang juara Liga Portugal. Porto juga bekas juara Liga Champions. Di fase grup, Inter juga sudah menghadapi Barcelona dan Bayern Munchen.
Jadi sebenarnya, soal mentalitas, Inter sudah teruji. Soal pengalaman? Jelas, Inter pernah memenangkan final Liga Champions. Inter juga pernah membumihanguskan Barcelona saat masih dilatih Guardiola. Jadi, terburu-buru meremehkan La Beneamata itu non sense!Β
Taktik Inzaghi Bisa Bikin Pep Pusing
Inter juga boleh dibilang tim dengan pertahanan terbaik di Liga Champions musim ini. Inzaghi membuat timnya mencatatkan delapan kali clean sheets. Satu angka lebih unggul dari Manchester City.
Menilik catatannya melawan tim Inggris, Inter memang tidak istimewa. La Beneamata hanya bisa memenangkan 15 laga dan kalah 17 kali dari 38 pertemuan melawan tim Inggris. Namun, dilansir Forbes, Inzaghi sendiri memiliki persentase 87,5% kemenangan di final piala apa pun.
π Supercoppa Italia 2022
π Coppa Italia 2022
π Supercoppa Italia 2023
π Coppa Italia 2023 πWhat a record! mister Simone #Inzaghi ππΌππΌππΌ pic.twitter.com/Ad5E9vIejn
β Inter Story (@intermilanstory) May 24, 2023
Jika Guardiola sukses mengevolusi taktiknya, Inzaghi punya cara jitu untuk meredam serangan City yang cepat itu. Ia akan mengandalkan formasi 3-5-2 yang bisa berubah menjadi 5-3-2 saat bertahan. Inzaghi akan memasang trio Darmian, Acerbi, dan Bastoni yang sebelumnya bisa meredam perlawanan Milan.
Lalu, di bek sayap, Federico Dimarco dan Denzel Dumfries akan dipasang. Di tengah, Inter akan mengandalkan Hakan Calhanoglu, Mkhitaryan, dan Barella. Sedangkan di depan, opsinya ada Lautaro Martinez, Edin Dzeko, dan Romelu Lukaku.
*TOP 10 PLAYERS WITH MOST GOALS IN 2022/23*
10. LAUTARO MARTINEZ: 28 GOALSβ½οΈ pic.twitter.com/vp7nkUWQ09
β πππππππ¨ (@NuTyrant) May 29, 2023
Jika City punya Haaland, Inzaghi punya Lautaro Martinez. Bomber yang sudah mengemas 28 gol di segala kompetisi itu akan dipasang untuk mengobrak-abrik pertahanan City. Well, nantinya, Inter bisa jadi tidak mendominasi permainan. Inzaghi mungkin akan menginstruksikan pemainnya menekan.
Inter punya Dumfries dan Dimarco yang bagus dalam ofensif maupun defensif. Dalam bertahan, para gelandang Inter juga turut serta. Misalnya, jika City menyerang dari sisi sayap, gelandang Inter ikut bergerak ke arah sana. Membuat City harus melewati pertahanan berlapis.
Inter Bisa Kalahkan City?
Pertahanan berlapis itu juga akan membuat para distributor bola City, seperti De Bruyne dan Bernardo Silva mandek, sehingga Haaland tak bisa berbuat banyak. Inter mesti melakukan apa yang dilakukan MU di final Piala FA. Apabila ingin mengalahkan City, kuncinya Inzaghi harus membuat permainan Guardiola tidak berkembang.
Manchester City bisa saja mencuri gol lebih dulu. Mengingat City acap kali bisa mencetak gol di menit awal babak pertama. Maka Inter tidak boleh memulai laga dengan lambat. Membiarkan City mencetak gol lebih dulu bisa jadi fatal. Inzaghi harus memastikan celah antar bek tengah dan bek sayap bisa tertutup dengan rapi.
Kalau tidak, celah itu akan dimanfaatkan De Bruyne atau Bernardo. Masalah berikutnya, City piawai memanfaatkan ruang tengah, dari sana gol bisa tercipta. Inilah yang perlu diperhatikan Inzaghi. Jangan membiarkan pemain City berkembang di lini tengah.
Masalahnya, gelandang Inter tak punya kemampuan bertahan yang baik. Lihat saja bagaimana Fiorentina bahkan bisa melepas enam tembakan ke arah gawang. Untung yang masuk cuma satu. Ini kalau yang melakukannya Haaland atau Gundogan, bisa modyar Inter.
Nah, perkara mencetak gol, Inter bisa mengandalkan Lautaro dan Dzeko. Dua pemain ini memang punya insting mencetak gol yang baik. Lautaro mestinya bisa memanfaatkan pergerakan John Stones yang lambat. Kecepatan transisi dari bertahan ke menyerang plus kualitas finishing adalah kuncinya.
Inter tak boleh meniru MU yang penyelesaian akhirnya jelek. Oh iya, Inter juga harus mengantisipasi bola mati dan second ball. Karena City bisa mencetak gol lewat sana. Skema long ball City juga berbahaya. Inter mesti meredam itu.
Adu Cocokologi
Final nanti juga akan diwarnai adu cocokologi seperti biasanya. Konon yang akan juara adalah tim yang ada pemain Kroasia. Dalam hal ini, Inter yang akan juara. Tapi kalau ditilik beberapa tahun terakhir, tim-tim yang punya pemain Spanyol di dalamnya juga berhasil menjuarai Liga Champions.
Apa pun itu, final nanti akan menjadi pertandingan yang sangat menarik. Kedua tim juga belum pernah bertemu di pertandingan resmi. Di atas kertas Manchester City memang diunggulkan. Namun, sepak bola tidak pernah dimainkan di atas kertas, melainkan di atas lapangan.
Sumber: OneFootball, MEN, Forbes, FI, FB, TheAnalyst, FI2, ECH