Isu Israel-Palestina sepertinya jadi isu yang tidak ada habisnya. Konflik berkepanjangan yang melibatkan dua negara ini seakan tidak ada habisnya. Beberapa minggu kemarin, Gaza kembali bergejolak. Perang antara Hamas dan Zionis Israel pun kembali pecah.
Isu ini tidak hanya menarik perhatian dunia. Tapi juga menarik perhatian para pesepakbola. Khususnya para pesepakbola muslim yang mendukung saudara-saudaranya yang sedang menderita di Palestina.
Sayangnya seringkali dukungan mereka bisa mendatangkan masalah karena dianggap terlalu bermuatan politik. Atau bisa juga dukungan para pemain ini berbeda pandangan dengan klub yang mereka bela.
Seperti yang dialami baru-baru ini oleh punggawa Bayern Munchen Noussair Mazraoui, dan pemain Mainz El Ghazi. Kedua pemain itu dapat masalah setelah menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina. Ironisnya, mereka bermain di klub Jerman. Negara yang sangat keras menyuarakan opini mereka di Piala Dunia 2022, dengan dalih hak asasi manusia.
Noussair Mazraoui dikecam Bayern Munchen
Pada hari Minggu tanggal 15 Oktober kemarin waktu setempat, Noussair Mazraoui yang sedang melakukan perjalanan bersama timnas Maroko mengunggah Instagram Story. Disitu ia mengharapkan kemenangan Palestina dalam konflik dengan Israel yang sedang memanas.
Mazraoui juga membagikan video pro-Palestina di Instagramnya. Dalam postingan itu menampilkan doa-doa untuk mendoakan para korban konflik ini. Mazraoui mendoakan semoga tuhan mengampuni para korban yang meninggal dan menyembuhkan yang terluka.
Postingan tersebut seharusnya tampak seperti dukungan kemanusiaan biasa. Namun pada hari Senin, Bayern Munchen langsung mengatakan manajemen mereka berencana untuk melakukan pertemuan dengan sang pemain tentang postingan tersebut. Dikutip dari media Jerman DW, pernyataan Bayern tersebut berbunyi:
“Bayern segera menghubungi Noussair Mazraoui setelah postingan Instagramnya pada hari Minggu. Setelah dia kembali dari tugas di tim nasional, pertemuan pribadi terperinci dengan manajemen klub di Munich akan direncanakan”
Mendengar kabar tersebut, Mazraoui pun tidak terima. Ia mempertanyakan mengapa dirinya harus menjelaskan sesuatu yang ia perjuangkan. Pemain berusia 25 tahun tersebut menambahkan kalau posisinya sudah jelas. Yaitu menentang semua aksi terorisme, kebencian, dan kekerasan.
“Pertama-tama saya harus mengatakan betapa mengecewakannya bahwa saya harus menjelaskan apa yang saya perjuangkan. Posisi saya adalah bahwa saya akan bekerja untuk perdamaian dan keadilan dunia ini” Ungkap Mazraoui.
Mazraoui Malah Dihujat Setelah Dukung Palestina
Israel diserang oleh kelompok militan Hamas. Dimana kelompok Hamas ini bagi Israel, Uni Eropa, Amerika Serikat, Jerman, dan beberapa negara lain, dipandang sebagai kelompok teroris. Sejak saat itu sudah lebih dari 1.300 warga Israel jadi korban, dan serangan balasan Israel telah memakan lebih dari 2.400 korban jiwa.
Tak lama setelah laporan pecahnya konflik tersebut, Bayern Munchen memberikan pernyataan resmi lewat sosial media X. Dalam pernyataan tersebut Die Bayern menyatakan menyayangkan aksi brutal yang menewaskan korban rakyat sipil. Dan mereka juga mengatakan kekhawatirannya khusus pada para warga Israel.
Bayern Munchen memang klub yang punya kedekatan hubungan dengan etnis Yahudi di masa lalu. Ini kembali disinggung oleh anggota parlemen Jerman, Johannes Steiniger. Ia menyinggung kalau dulu Bayern punya presiden orang Yahudi. Maka dari itu, dukungan Mazraoui ke Palestina dianggap tidak sensitif terhadap masa lalu klub.
“Mantan presiden klub Kurt Landauer, yang secara merendahkan disebut oleh Nazi sebagai klub orang Yahudi, tidak akan membiarkan ini.” Ucapnya dikutip dari Marca.
Steiniger bahkan melanjutkan kalau Mazraoui pantas untuk diusir dari Jerman. Ia berkata “Selain itu Negara harus menggunakan tanggung jawabnya untuk mengusirnya dari Jerman” Lanjut Steiniger.
Anwar El Ghazi di Mainz
Mazroui bukan satu-satunya pemain yang dapat masalah di Jerman karena menyuarakan pendapatnya. Anwar El Ghazi yang bermain untuk FSV Mainz juga kena masalah setelah ucapkan dukungan kepada Palestina lewat sosial medianya.
El Ghazi mengunggah dukungannya pada Palestina di hari Minggu lewat Instagram Story miliknya. Dalam postingan tersebut El Ghazi mendukung kemerdekaan Palestina sekaligus menyindir Israel. Dalam postingannya itu El Ghazi mengungkapkan
“Ini bukan perang. Ketika salah satu pihak mematikan air, makanan, dan listrik ke pihak lainnya maka itu bukan perang. Ketika salah satu pihak punya senjata nuklir, itu bukan perang.”
Meski postingan tersebut telah dihapus, tapi tak lama kemudian Mainz mengeluarkan pernyataan kalau mereka akan menindaklanjuti postingan tersebut. Klub berdalih kalau mereka berusaha menjauhkan diri dari konflik politik. Dan karenanya, El Ghazi pun dibekukan tidak bisa mengikuti latihan dan tugas-tugas yang berhubungan dengan pertandingan.
Dikutip dari akun Twitter klub, Mainz mempermasalahkan El Ghazi yang mengambil posisi dalam konflik tersebut. Mainz mengaku menjauhkan diri dari isu konflik Israel-Palestina dan menilai tidak selaras dengan nilai-nilai klub.
“Sebelum memutuskan ini, klub dan pemain sudah terlibat diskusi yang dalam. Mainz menghormati perspektif-perspektif berbeda dalam konflik yang sangat kompleks di Timur Tengah. Namun klub menjauhkan diri dari hal tersebut dalam konten-konten media sosial, mengingat itu tidak selaras dengan nilai-nilai klub.”
Hipokrisi Jerman
Bagaimana tim-tim di Jerman itu melarang pemainnya untuk menyuarakan pendapatnya, itu sedikit lucu. Mengingat bagaimana timnas Jerman begitu frontal menyuarakan pendapat mereka sendiri saat Piala Dunia 2022 kemarin.
Sejak penunjukan Piala Dunia 2022 di Qatar, Jerman jadi salah satu negara yang menolak. Sebab Qatar dinilai sebagai negara yang tidak memenuhi hak-hak LGBT. Juga dinilai telah melanggar hak asasi manusia. Protes juga semakin kencang setelah FIFA melarang tim menggunakan ban kapten “One Love”.
Sampai saat di turnamen, Jerman juga masih terus menyuarakan kepentingannya. Kita tentu masih ingat bagaimana para pemain Jerman berpose menutup mulut di pertandingan pembuka melawan Jepang.
Di Piala Dunia 2022 itu, Jerman sangat mengutamakan kebebasan berpendapat. Tapi ketika ada pemain yang mengungkapkan pendapatnya dalam mendukung Palestina, itu langsung jadi masalah.
Jerman memang punya hubungan panjang dan rumit dengan isu anti-semitisme atau anti-yahudi. Mereka punya sejarah tersendiri yang tidak akan bisa dipahami oleh orang luar. Tapi mempermasalahkan beberapa pemain yang punya perbedaan pendapat rasanya juga tidak tepat. Ini menggambarkan bagaimana hipokritnya Jerman terhadap isu kebebasan berpendapat.
Belajar Dari Perkataan Eric Cantona
Pernyataan dukungan terhadap Palestina juga sebenarnya banyak disuarakan pemain lain di luar Jerman. Dan tidak hanya para pemain keturunan muslim. Salah satunya legenda Prancis dan Manchester United, Eric Cantona.
Pesepak bola legendaris ini juga secara terang-terangan menyatakan dukungannya kepada Palestina. Lewat unggahan di Instagramnya ia mengutip dari aktivis Najwa Zebian. Disitu tertulis kalau membela kemerdekaan Palestina bukan berarti anti-semit atau benci dengan orang-orang Yahudi.
“Membela hak asasi Palestina tidak berarti anda adalah pro-Hamas. Mengatakan ‘Bebaskan Palestina’ bukan berarti anda anti-semit atau ingin orang-orang Yahudi pergi. ‘Bebaskan Palestina’ berarti kebebasan dari penjajahan Israel yang merampas hak asasi selama 75 tahun.”
Sumber referensi: Marca, Goal, DW, Detik, CNN