Carlo Ancelotti pelatih yang tidak pernah gagal. Namun, pernyataan itu bisa mudah dibantah ketika melihat perjalanan karier Don Carlo. Kalau ia disebut pelatih yang tidak pernah gagal, mengapa di Everton dan Napoli tidak berhasil? Ketidakberhasilan Ancelotti melatih dua tim itu selalu saja diungkit apabila membahas kiprahnya.
Malahan kadang-kadang itu menjadi alasan kuat mengapa Ancelotti disebut miskin taktik. Kalau tidak miskin taktik, mengapa tak becus ketika melatih Everton dan Napoli? Karena gagal melatih Everton dan Napoli, seolah-olah Carletto hanya bisa melatih tim yang sudah mapan.
Benarkah demikian? Atau jangan-jangan ada intrik di balik kegagalan Ancelotti melatih dua klub itu? Mungkinkah Ancelotti memang seorang pelatih yang dhuafa taktik karena gagal mengolah Everton dan Napoli, sehingga membuatnya dipecat?
Carlo Ancelotti Datang ke Napoli
Mari kita mulai ketika Carlo Ancelotti menerima pinangan Napoli. Sejak dipecat Bayern Munchen pada September 2017, Carletto hanya bisa bermesraan dengan istrinya. Saat itu, Ancelotti belum diisukan bakal melatih Napoli. Justru santer dikabarkan kalau ia akan menukangi Timnas Italia, persis sebelum federasi menunjuk Roberto Mancini sebagai pelatih.
#WelcomeCarlo 💙@MrAncelotti pic.twitter.com/u3jKVEZa78
— Official SSC Napoli (@sscnapoli) May 23, 2018
Memasuki musim 2018/19, Ancelotti mendapat tawaran dari il Partenopei. Ancelotti mengiyakan tawaran itu. Ia menggantikan Maurizio Sarri yang sebelumnya telah mengantarkan Napoli finis di posisi kedua Serie A dua kali, dan di peringkat ketiga sekali.
Presiden Napoli, Aurelio de Laurentiis sangat berharap pada Ancelotti. Ia percaya dengan portofolio apik, Ancelotti bisa membawa Napoli ke level yang lebih tinggi. Benar saja. Musim pertama berjalan baik.
Bahkan Carletto mampu membawa Napoli finis di posisi kedua Serie A musim 2018/19. Meski di Liga Champions, Napoli harus terlempar ke Liga Eropa. Ancelotti membawa Napoli ke perempat final Liga Eropa. Tapi apa yang terjadi musim berikutnya?
Masalah Muncul Musim Kedua Ancelotti di Napoli
Friksi antara Carletto dan De Laurentiis mulai muncul. Juru taktik yang sebelumnya menjuarai Bundesliga itu tak sepakat dengan gagasan metode latihan dari De Laurentiis. Ketidaksepakatan itu, menurut Don Carlo seperti dikutip Football Italia, tidak terlalu menegangkan. Bahkan ia mengatakan, tidak sampai menimbulkan konflik.
Di sisi lain, De Laurentiis mengakui Ancelotti pelatih top. Namun, fans Napoli tidak menyukainya. Walau terjadi friksi, tapi Ancelotti belum dipecat di awal musim. Ia masih bekerja di musim 2019/20.
Napoli pada musim itu pula berhasil dibawanya ke 16 besar Liga Champions. Tapi memang, di Serie A, Napoli terseok-seok di posisi tujuh. Mungkin karena ini pulalah Ancelotti dipecat saat musim 2019/20 belum tuntas betul.
Finansial Rumit
Kurang dari dua musim Ancelotti sudah kehilangan kepercayaan dari De Laurentiis. Namun, soal pemecatannya bukan karena itu saja. Orang-orang yang tahu situasi Ancelotti di Napoli, dilansir ESPN, mengungkapkan alasan mengapa Ancelotti dipecat dan gagal di Napoli. Salah satunya karena finansial. Napoli pada waktu itu terlilit gaji pemain yang besar.
Situasi kontrak beberapa pemain juga menjadi penyebabnya. Dries Mertens dan Jose Callejon pada waktu itu terancam lepas dengan status bebas transfer. Napoli juga memiliki pemain seperti Hysaj, Milik, Maksimovic, sampai Zielinski juga kontraknya akan habis pada 2021. Partenopei belum bisa memperpanjang kontrak para pemain tadi karena cekaknya pendapatan.
Financial balance from every Club of Lega Calcio #SerieA Italia in 2020.#Napoli #ACMilan #Sassuolo #Udinese #Cagliari #Spezia #Bologna #Atalanta #Fiorentina #Crotone #Verona #Sampdoria #Benevento #TorinoFC #Genoa #intermilan #Juventus #ASRoma #Lazio #Parma pic.twitter.com/bwih7RYLap
— Reza Maldinesta (@usaharendahati) October 6, 2020
Belum lagi Kalidou Koulibaly dan Allan yang waktu itu memiliki kontrak jangka panjang. Menjadi tim dengan tagihan gaji tertinggi kelima di Serie A saat itu, situasinya tidak akan rumit jika mereka melaju jauh di Liga Champions. Napoli hanya mendapat sekitar 50 juta euro (Rp806 miliar) ketika Ancelotti membawa tim itu ke 16 besar.
Musim kedua, Napoli memang ke fase gugur. Tapi dengan terlempar dari empat besar Serie A, hal itu membuat Napoli tak tampil di Eropa dan tak memperoleh pemasukan. Maka, presiden pun memecat Ancelotti.
Either Napoli turns it around to eliminate Barca or Barca surges ahead only to get panel beat by Bayern who will surely clubber Chelsea in 2nd leg.
Either ways, FC Barcelona has been knocked out of the 2019/2020 UEFA Champions League. #UCLDraw pic.twitter.com/hglUonULZS
— Dilichi (@TheDilichi) July 10, 2020
Pemberontakan Pemain
Musim keduanya di Napoli juga terjadi pemberontakan dari para pemain. Sama dengan di Bayern Munchen, Ancelotti kembali dikhianati oleh pemainnya sendiri. De Laurentiis memerintahkan tim Napoli era Ancelotti untuk tetap berada di kamp latihan selama seminggu. Ancelotti menuruti permintaan itu, meski hati kecilnya yakin itu tidak efektif.
Cuplikan Napoli Vs Salzburg 06 November 2019 Skor 1-1 [VIDEO] https://t.co/RoRLdyN12B pic.twitter.com/HoWfXwy8yo
— Vivo7Bet (@Vivo7B) November 5, 2019
Setelah pertandingan kontra Salzburg pada 6 November 2019, terjadilah pemberontakan pemain. Para pemain Napoli tidak kembali ke kamp latihan dan memilih pulang. Meninggalkan Ancelotti dan stafnya bermalam di tempat latihan. De Laurentiis yang tahu dari anaknya yang juga bekerja di klub, marah.
De Laurentiis merasa terhina. Menurutnya, Ancelotti harusnya bisa mengendalikan pemainnya. Fakta bahwa Ancelotti menaati perintah De Laurentiis tidak cukup. Kenyataannya, Ancelotti gagal mengendalikan pemainnya sendiri.
Gantikan Marco Silva
Setelah dipecat Napoli, 12 hari kemudian ia menandatangani kontrak dengan Everton. Klub baru saja memecat Marco Silva. Namun, perjalanan Ancelotti di Everton malah lebih buruk lagi. Musim pertama saja, Everton hanya dibawanya finis di posisi 12 Liga Inggris. Padahal Farhad Moshiri, sang pemilik Everton mempekerjakan Carletto agar timnya bermain di Eropa.
Secara nama, Ancelotti mentereng. Tapi di Everton, permainannya dianggap usang. Musim berikutnya, alih-alih apik, Everton justru makin terbenam. Poin per pertandingan Everton di bawah Ancelotti di musim 2020/21 hanya 1,55. Berada di peringkat ke-9 dari 20 manajer Liga Inggris musim itu.
Hal itu makin tampak buruk karena angka tersebut menurun daripada saat ia melatih Napoli. Di Napoli, poin per laga Ancelotti bisa mencapai 1,82. Sebab itu, Ancelotti justru makin meragukan selama melatih The Toffees.
Almost feels like Carlo Ancelotti’s brilliant work has gone a bit under the radar since he joined Everton.
Carlo has completely turned the Toffees’ season around and they’ve been one of the best teams in the league since he he came in.
What a coup his signing was for Everton. pic.twitter.com/m04xKvO1gX
— EiF (@EiFSoccer) February 8, 2020
Dibebani Rekrutan Buruk
Kendati begitu, Ancelotti sejatinya cerdas dalam mengutak-atik Everton. Ancelotti bermain tanpa sistem dan gaya yang pakem. Ia selalu berinovasi untuk mengenali kekuatan Everton. Walaupun pembagian tugas para pemainnya jelas. Allan berada di lini pertahanan. Andre Gomes sebagai pengoper. Abdoulaye Doucoure sebagai pelari.
Everton really had Carlo Ancelotti and James Rodriguez at the club 18 months ago 😳 pic.twitter.com/ojcWyc34Gb
— ESPN UK (@ESPNUK) January 23, 2023
James Rodriguez juga tampil apik. Berkat Ancelotti, Gylfi Sigurdsson juga menjalani musim luar biasa. Richarlison memang sedikit mencetak gol, tapi Dominic Calvert-Lewin dengan 16 golnya menunjukkan catatan apik lainnya Everton di tangan Ancelotti.
Masalahnya, Carletto tidak hanya diberkahi pemain yang sesuai keinginannya. Di Everton ia juga dibebani rekrutan buruk seperti Alex Iwobi dan Bernard. Ancelotti juga memikul skuad yang tidak presisi. Terlalu banyak gelandang, tapi ketika badai cedera menerpa, sulit untuk menyusun kembali karena kualitas pemain Everton tidak merata.
‘Alex Iwobi will not play for Everton until 2020’ – Ancelotti reveals https://t.co/8vge95Cpwd pic.twitter.com/51dACqMUyi
— Okay.ng (@OkayNigeria) December 25, 2019
Merebut Karier Duncan Ferguson dan Proyek Jangka Pendek
Sebelum dilatih Ancelotti, Everton ditukangi Duncan Ferguson sebagai karateker Marco Silva yang dipecat. Dilatih Duncan, Everton sebenarnya tampil apik. Bahkan dalam tiga laga selama dilatih Duncan, Everton tak pernah kehilangan satu pun laga. Salah satunya menang atas Chelsea asuhan Lampard 3-1.
Duncan Ferguson saat melatih Everton juga menahan imbang Manchester United 1-1 dan menahan imbang Arsenal tanpa gol. Kehadiran Ancelotti seperti merebut kesempatan Duncan yang ternyata cukup apik meski sebentar melatih. Ironisnya, Ancelotti juga tak diberi kesempatan untuk proyek jangka panjang.
Duncan Ferguson knows exactly what it means! 💙 pic.twitter.com/5r6BjqMGR1
— Everton (@Everton) February 20, 2021
Kehadiran Ancelotti cuma untuk perbaikan jangka pendek Everton. Farhad Moshiri tidak mau 526 juta poundsterling (Rp9,7 triliun) yang sudah digelontorkannya sejak mengakuisisi The Toffees sia-sia. Singkatnya, Moshiri ingin instan, sedangkan Ancelotti bukan pelatih yang seperti itu.
Harusnya dengan kekuatan yang jauh berbeda dari Real Madrid, Everton mesti bersabar dengan Ancelotti. Akan tetapi, sepertinya The Toffees bersama Farhad Moshiri tidak pernah belajar dari AC Milan. Usai tak di Everton, Ancelotti justru mengangkat trofi Liga Champions bersama El Real.
Sumber: Squawka, ESPN, Princeupertstower, FourFourTwo, Football-Italia, BR, FootballFanCast