Berita Sepakbola Terlengkap

Berita Sepakbola Terlengkap Indonesia

Arsenal Dibantai Brighton, Bye-bye Gelar Juara

Kisah lama terulang kembali. Setelah musim lalu harapan untuk tampil di pentas tertinggi kompetisi Eropa dirampas oleh Tottenham, kini Arsenal terancam gagal menjuarai Liga Inggris. Pasalnya, mereka tuai rentetan hasil buruk di pekan-pekan terakhir Liga Inggris. Arsenal yang tengah mengejar ketertinggalan dari Manchester City justru kembali menelan kekalahan.

Gooners tampaknya harus mulai ikhlas merelakan trofi Liga Inggris jatuh ke pelukan City usai menelan kekalahan 3-0 dari tim tamu, Brighton. Pasalnya, kedua tim kini berselisih empat poin, dengan City masih punya tabungan satu laga lebih banyak dari Arsenal. Memasuki pekan ke-36, Arsenal yang mulai mengendur harus melihat rivalnya itu semakin melesat bak roket setelah menundukan Everton dengan skor yang sama. Tapi, sebenarnya apa yang terjadi dengan Arsenal, kok bisa mereka kalah dari tim kemarin sore, Brighton?

Kekalahan Memalukan

Bertandang ke Emirates Stadium, Brighton memang diprediksi bakal menyulitkan Arsenal yang sedang mengusung misi wajib menang. Prediksi itu pun terbilang tepat. Arsenal bahkan tak mampu menembus pertahanan The Seagulls di pertandingan tersebut. The Gunners memang lebih dominan di babak pertama, tapi Brighton lebih efektif dalam menyerang. Ketiga gol Brighton dicetak oleh Julio Enciso, Deniz Undav, dan Pervis Estupinan.

Kekalahan ini sekaligus memperkecil peluang The Gunners untuk menyegel gelar juara Premier League musim 2022/23. Pasalnya, kini selisih poin Arsenal dengan Manchester City adalah empat poin. Padahal Arsenal hanya menyisakan dua pertandingan lagi sedangkan City masih menyimpan tiga pertandingan.

Mikel Arteta pun, usai kekalahan ini, mulai mengisyaratkan lempar handuk untuk mengejar pasukan Pep Guardiola. “Secara matematis, itu masih mungkin, tetapi hari ini tidak mungkin untuk memikirkannya. Kami perlu mencerna hasil dan performa kami” Ujarnya kepada BBC

Laga melawan Brighton jadi laga yang penting bagi Arsenal. Mereka seharusnya bisa mendulang tiga poin dari tim yang pernah mereka kalahkan di pertemuan pertama Liga Inggris musim 2022/23 untuk menjaga jarak dengan City. Sayangnya, itu tak terjadi. Performa Arsenal di laga tersebut sangat buruk.

Cedera Martinelli

Salah satu faktor yang mempengaruhi performa Arsenal di laga kontra Brighton adalah cederanya Gabriel Martinelli di awal laga. Laga baru berjalan 20 menit, tim tuan rumah mendapat pukulan telak dengan cederanya Martinelli. Pemain asal Brazil itu mendapat tekel keras dari Moises Caicedo sehingga harus ditarik keluar dan digantikan oleh Leandro Trossard.

Digantinya Martinelli membuat daya ledak Arsenal di sisi sayap jauh berkurang. Mengingat, Trossard bukanlah pemain yang mengandalkan kecepatan lari dan penyelesaian klinis macam Martinelli. Hal itu terbukti di babak pertama. Meski Arsenal menguasai jalannya pertandingan, beberapa peluang gagal dikonversi menjadi gol.

Arsenal kehilangan salah satu pencetak gol utamanya di laga tersebut. Martinelli sendiri merupakan top skor klub bersama Martin Odegaard. Keduanya telah mencetak 15 gol di semua kompetisi musim ini.

Arsenal dan Babak Kedua

Arsenal juga masih bermasalah dengan babak kedua. Dalam beberapa pertandingan terakhir, The Gunners selalu mengalami penurunan mutu permainan di babak kedua dan Arteta pun mengakui itu. Selepas pertandingan, ia bahkan meminta maaf karena timnya menampilkan performa yang buruk di babak kedua.

Arsenal yang kerap menguasai jalannya pertandingan dan mencetak beberapa gol di babak pertama, justru mudah kebobolan di babak kedua. Babak pertama melawan Brighton boleh berakhir imbang 0-0, tapi di babak kedua Arsenal seperti kehilangan konsentrasi. Ketiga gol The Seagulls bahkan semuanya terjadi di babak kedua.

Dibiarkan menguasai bola, beberapa pemain Arsenal justru salah tingkah di areanya sendiri. Itu terbukti di gol kedua Brighton yang dicetak oleh Deniz Undav. Berawal dari kesalahan umpan dari Leandro Trossard, Undav yang berdiri bebas di pertahanan Arsenal dengan cepat mengelabui Aaron Ramsdale dengan sepakan lob.

Keputusan-keputusan yang diambil Arteta juga aneh. Di babak kedua, di mana mereka tengah mengejar ketertinggalan, Arteta justru menarik keluar tiga pemain andalannya yakni Gabriel Jesus, Granit Xhaka dan Martin Odegaard. Ia justru memasukan pemain-pemain muda macam Eddie Nketiah dan Reiss Nelson. 

Pergantian itu tak membuahkan hasil. Meski Arsenal mampu meningkatkan intensitas serangan, tapi lini depan mereka tak mampu menghasilkan satu gol pun. Aaron Ramsdale justru harus kembali memungut bola dari gawangnya.

Mitoma dan Estupinan Merepotkan

Para pemain bertahan Arsenal juga gagal meredam eksplosivitas sisi kiri Brighton yang digawangi oleh Kaoru Mitoma dan Pervis Estupinan. Kedua pemain ini membangun koneksi yang luar biasa di area pertahanan Arsenal. Estupinan yang rajin bergerak maju untuk membantu serangan memberikan variasi tersendiri di lini depan Brighton.

Bahkan, menurut Goal, Ben White yang ditugaskan untuk menjaga pergerakan Mitoma dirasa gagal total. Bek asal Inggris itu hanya mendapat rating 3 di pertandingan tersebut. Itu jadi salah satu yang terburuk di skuad Arsenal. Ben White tak bisa menghentikan gocekan dari pemain asal Jepang itu.

Dengan adanya Mitoma saja Ben White sudah kewalahan, ditambah Estupinan yang tampil sangat baik di pertandingan ini membuat pertahanan Arsenal kocar-kacir. Skema serangan apik yang dibangun oleh kedua pemain tersebut membuahkan gol pertama yang dicetak oleh Julio Enciso. 

Estupinan sendiri bahkan mencetak gol ketiga Brighton untuk mengunci kemenangan 3-0 atas tim London tersebut. Meski beroperasi sebagai bek kiri, ia jadi pemain paling bersinar di pertandingan tersebut dengan mencetak satu gol dan satu assist.

Lini Belakang Arsenal Mis Koordinasi

Lini belakang Arsenal juga jadi biang kerok kekalahan Arsenal. Dari pemilihan pemain dan performa di lapangan, semuanya tak berjalan dengan baik. Dengan cederanya William Saliba, Mikel Arteta terpaksa menurunkan Jakub Kiwior sebagai partner Gabriel Magalhaes di lini bertahan Arsenal.

Jarang dimainkan bersama membuat kemistri kedua pemain belum terbangun. Keduanya masih sering salah dalam pengambilan keputusan di pertandingan tersebut. Tak terorganisirnya pertahanan Arsenal bisa dilihat saat terjadinya gol pertama. Para pemain bertahan hanya fokus ke arah datangnya bola tanpa menghiraukan Julio Enciso yang menyelinap di kotak penalti.

Para pemain bertahan Arsenal kesulitan meredam kelincahan dari Julio Enciso dan kekuatan dari Evan Ferguson. Menurut Sofascore, Kiwior bahkan jadi pemain dengan rating terburuk yakni 6.1 dalam pertandingan tersebut. Ia hanya mencatatkan dua intersep dan dua clearance di laga tersebut

Lini Depan Tumpul

Arsenal tampil bukan tanpa peluang. Meski pertahanan Brighton sangat rapat, skuad racikan Mikel Arteta mencatatkan 14 tembakan selama 90 menit. Namun, penyelesaian akhir dari penyerang Arsenal lah yang buruk. Dari 14 kali percobaan, hanya dua yang mampu menyasar gawang. Sisanya? entah melayang kemana.

Lagi-lagi, lini depan Arsenal dibuat mati kutu oleh lawan mereka. Bukayo Saka dan Gabriel Jesus dibuat frustrasi oleh duo menara kembar, Levi Colwill dan Lewis Dunk. Meski bermain 90 menit penuh, Bukayo Saka bahkan tak bisa mencatatkan satu pun shoot on target di laga tersebut. Menurut data, Saka memang sedang mengalami penurunan performa. Ia belum mencetak gol dalam empat pertandingan terakhir.

Hasil buruk Arsenal kontra Brighton semakin memuluskan langkah Manchester City untuk merengkuh trofi Liga Inggris musim ini. City hanya butuh satu kemenangan lagi untuk rengkuh title Liga Inggris. Hanya keajaiban yang dapat membawa Arsenal memperoleh gelar Liga Inggris musim ini. 

Sumber: Sportingnews, Goal, 90min, Eurosport, Daily Mail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *