Arsenal mampu menenggelamkan kapal Manchester City 1-0 di Emirates Stadium. Dengan begitu, maka berakhirlah kutukan bagi Meriam London saat menghadapi “sang raja terakhir” Manchester City. Tentu menjadi sebuah catatan yang tak akan terlupa bagi seluruh jamaah The Gunners di seluruh penjuru dunia. Tumbangnya pasukan Pep ini menjadi satu pijakan penting barisan Arteta. Sepertinya, Arsenal kini sudah tau caranya mengalahkan City.
LLLLLLLLLLLL𝗪
Super-sub Gabriel Martinelli gave Arsenal an unforgettable win against Man City in the league which was eight years in the making 🔴 pic.twitter.com/vNlO3s5Tgo
— B/R Football (@brfootball) October 8, 2023
Tiga Kutukan Arsenal
Sudah lama rasanya Arsenal selalu gagal mengalahkan superioritas Manchester City di Liga Inggris. Rasa penasaran itu terjadi karena sejak tahun 2015, mereka tak pernah menang melawan The Citizens. Bayangkan, berarti sudah delapan tahun lamanya mereka hanya di ayam-ayamin Manchester City.
Man City’s last 13 Premier League games against Arsenal:
WWWWWWWWWWWWL
Man City’s last 8 games against Arsenal at the Emirates:
WWWWWWWL
Gabriel Martinelli ends the streaks. ❌ pic.twitter.com/UHOrmneUnQ
— Squawka Live (@Squawka_Live) October 8, 2023
Mereka terakhir menang atas City di Liga Inggris yakni pada Desember 2015. Itu pun mereka hanya menang dengan skor tipis 2-1 di Emirates. Ketika itu Arsenal masih dipegang Wenger, sedangkan City masih dipegang Pellegrini. Ya, setelah dua gol kemenangan dari Giroud dan Walcott tersebut, Arsenal belum pernah menang lagi.
Selain itu, kutukan yang menghantui Arsenal kala melawan City adalah, tak pernah menang atas tim juara bertahan Liga Inggris sejak 2017. Ya, Arsenal mentalnya ciut dan selalu kesulitan kalau hadapi tim juara bertahan. Terakhir kali mereka menang lawan juara bertahan Liga Inggris adalah melawan Leicester City di bulan April 2017 dengan skor 1-0.
Sedangkan kutukan terakhir yang menghantui Arsenal adalah, kutukan pribadi milik pelatih mereka saat ini, Mikel Arteta. Tak dipungkiri sejak memegang Arsenal, Arteta ini belum pernah menang atas Pep Guardiola di Liga Inggris. Catatanya bermula sejak akhir tahun 2019. Arteta kalah delapan kali. Arteta hanya pernah menang sekali, itu pun terjadi di Piala FA tahun 2020.
◉ First Premier League win against Pep Guardiola
◉ First Premier League win against Man City since 2015
◉ First Premier League win against the reigning champions since 2017A famous night for The Arsenal™️ pic.twitter.com/ghNqCjI7rj
— Squawka (@Squawka) October 8, 2023
Terpecahkan
Ya, kini gol satu-satunya Martinelli ke gawang Ederson pada 8 Oktober 2023, adalah sebuah peristiwa bersejarah bagi Arsenal. Begitupun Arteta, kemenangan itu adalah hari yang spesial baginya. Beberapa kutukan yang menghantui selama ini, akhirnya berhasil dipatahkan.
Gemuruh seisi stadion Emirates di hari tersebut, juga menandai tren tak terkalahkan yang berhasil diraih Arsenal musim ini. Hanya Arsenal dan Tottenham Hotspurs-lah yang kini belum terkalahkan, setidaknya hingga pekan ke-8 Liga Inggris.
Sebuah awal musim yang stabil bagi Arteta. Hal ini tentu menambah kekuatan mental tersendiri bagi anak asuhnya. Kekalahan dari Lens di Liga Champions, terbukti tak membuat pasukan The Gunners ciut nyali. Mereka nyatanya di liga domestik mampu bangkit dan tampil solid.
Arsenal sekarang sedang bercokol di posisi teratas Liga Inggris. Tak diduga juga seperti janjian, duo London Utara, Spurs dan Arsenal kini menguasai puncak klasemen sementara Liga Inggris hingga pekan ke-8 dengan 20 poin. Arsenal hanya kalah selisih gol dari Spurs yang berada di posisi puncak.
Using three points for a win, both Tottenham and Arsenal each have 20+ points after the opening eight games of the season for the first time in English top-flight history. 🔴⚪️ pic.twitter.com/zxLnvVNKmI
— Squawka (@Squawka) October 8, 2023
Ujian Arsenal berikutnya setelah jeda internasional adalah menghadapi Chelsea di pekan ke-9 Liga Inggris. Bertandang ke Stamford Bridge, apakah mereka sanggup menjaga tren tak terkalahkan di Liga Inggris?
Rotasi Pergantian Pemain Arteta
Sudahi pembahasan kutukan yang sudah dipecahkan Arsenal, mari kita lihat bagaimana cara pasukan Arteta bisa memecahkan-nya. Ada beberapa faktor, termasuk pergantian pemain yang tepat dari Arteta.
Kita tahu Arteta ini sering saklek dengan pemain. Terkadang mainnya bapuk, masih juga tak diganti. Namun di laga melawan City, ia berbeda. Ia melakukan beberapa pergantian yang tepat dan berbuah hasil yang positif.
Misal, masuknya Martinelli menggantikan Trossard di babak kedua. Selain menciptakan gol, Martinelli terlihat lebih rajin ekspos bek sayap kanan City. Ada beberapa peluang yang tercipta dari sisi kiri penyerangan Arsenal, ketika pemain yang baru sembuh dari cedera itu masuk.
Gabriel Martinelli vs Manchester City – game changer⚡️
All involvements. pic.twitter.com/WYBhmXs4lC
— zt 🇵🇸 (@ZTteta) October 8, 2023
Yang kedua misal Zinchenko yang digantikan Tomiyasu. Momen pergantian tersebut dinilai tepat karena Zinchenko yang lebih banyak bergerak ke area tengah, dianggap kurang bisa mengantisipasi serangan dari sisi kiri pertahanan Arsenal.
Pasalnya, ada pergantian Alvarez ke Jeremy Doku. Arsenal membutuhkan penjagaan ekstra ketat untuk pemain cepat seperti Doku. Tomiyasu berhasil melaksanakan tugas bertahannya dengan baik. Ia membuat Doku tak berkutik.
🗣️| Mikel Arteta on Tomiyasu’s involvement as an attacker in our winning goal: “I just told him that! I said Tomi, you know they put Doku there in the first moment. After they changed him to the other side, and we made the changes straight away, and then we see him as a left… pic.twitter.com/k0YOjBBoW2
— Arsenal Buzz (@ArsenalBuzzCom) October 8, 2023
Setelah kehilangan Zinchenko, Arteta memasukan tenaga baru yang lebih spartan bernama, Thomas Partey. Gelandang internasional Ghana itu menggantikan Jorginho yang sudah mulai melambat karena fisik. Duetnya bersama Rice terbukti membuat double pivot Arsenal tetap solid.
Ada juga pergantian striker dari Eddie Nketiah yang kembali mandul, dengan Kai Havertz. Meski dicap lelet dan juga mandul, Havertz nyatanya bisa menjadi kunci kemenangan setelah assistnya mampu diselesaikan Martinelli. Ia terbukti sukses sebagai super sub di laga itu.
Kai Havertz’s last two Premier League outings: pic.twitter.com/9ItjWOByeQ
— GOAL (@goal) October 8, 2023
Lini Pertahanan Arsenal
Tak hanya pergantian pemain saja yang jadi kunci, solidnya lini pertahanan Arsenal juga menjadi kunci. Duet Saliba dan Gabriel kembali gacor. Terkhusus untuk Saliba. Menurut catatan Squawka, bek Prancis itu memenangkan 100% duel dan sukses melakukan 97% operan sukses dalam laga tersebut.
William Saliba won 100% of his duels and completed 97% of his passes against Man City.
He did not commit a single foul or get dribbled past once.
Wallet, keys, phone, Erling Haaland. 📱#ARSMCI pic.twitter.com/7wIzHxwyf8
— Squawka Live (@Squawka_Live) October 8, 2023
Selain itu, ia tidak melakukan satu pun pelanggaran yang berbuah peluit dari wasit. Tak hanya itu saja, selama laga tersebut Saliba juga tak bisa dilewati oleh satupun pemain City.
Bahkan seorang Erling Haaland pun jadi korban. Ya, Haaland benar-benar “The Real” dikantongin. Pasalnya dalam catatan The xG Philosophy, Haaland di laga tersebut hanya mengumpulkan xG 0,00.
Erling Haaland accumulated 0.00(xG) against Arsenal this evening.
— The xG Philosophy (@xGPhilosophy) October 8, 2023
Pivot Arsenal
Selain pertahanan, Arsenal juga unggul secara duel di lini tengah. Pelakunya siapa lagi kalau bukan pemain 100 juta euro, Declan Rice. Peran Rice di laga tersebut lebih ringan ketika dibantu dua pemain sekaligus seperti Jorginho dan Zinchenko.
Sistem poros Pivot Arteta tersebut terbukti mampu meredam berbagai tusukan dari lini tengah City. Terkhusus untuk Rice, Squawka mencatat ia melakukan 3 kali intercept, 57 sentuhan bola sukses, 4 kali duel krusial dimenangkan, maupun 3 kali tekel bersih. Dan bagusnya lagi, ia tidak membuat pelanggaran satupun dalam laga tersebut.
Declan Rice’s game by numbers vs. Man City:
90% pass accuracy
57 touches
4 duels won
4x possession won
3 tackles
3 interceptions
2 chances created
1 clearance off the line
0 fouls committedTHIS is why they signed him. 💪#ARSMCI pic.twitter.com/uNHxJFj440
— Squawka Live (@Squawka_Live) October 8, 2023
Absennya Pemain Dan Taktik Pep Yang Gagal
Moncernya Pivot Arsenal, juga disebabkan oleh kurangnya kreatifitas dari lini tengah City. Absennya Rodri dan De Bruyne sangat kentara. Kini ada beberapa “meme” jika City merindukan mereka. City terbukti akhir-akhir ini dapat hasil minor karena minus dua pemain pilarnya tersebut. Kovacic, Rico Lewis, Bernardo Silva, Foden, maupun Alvarez, gagal memberi tekanan lebih bagi para Pivot Arsenal.
Manchester City right now: pic.twitter.com/kEQEP63ZLf
— B/R Football (@brfootball) October 8, 2023
Selain itu, kini Pep harus mengakui kekalahan taktiknya dengan Arteta. Pasalnya, alternatif taktik Pep dilaga itu terbukti tak berjalan dengan lancar. Seperti misal menaruh Bernardo Silva yang notabene sebagai seorang gelandang serang atau sayap, menjadi gelandang bertahan pengatur tempo. Posisi Bernardo untuk mengatur tempo di posisi yang ditinggalkan Rodri terbukti tak berjalan.
Menggunakan Rico Lewis sebagai orang pertama yang melakukan pressing saat Arsenal bangun serangan, juga gagal. Kovacic juga mainnya amburadul. Hampir saja ia kena kartu merah. Terisolasinya Haaland di depan, juga tak membuat lini kedua mereka melakukan perubahan. Peluang-peluang emas dari mereka juga banyak dibuang percuma.
Ya, apa boleh buat. Arteta kini yang menang. Sang mentor Pep kini seharusnya mulai khawatir dengan Arteta. Jangan-jangan, apakah mulai matangnya Arsenal ini bisa merebut tahta Liga Inggris? Kita lihat saja nanti.
Sumber Referensi : theathletic, theanalyst, squawka, bbc, skysports