Pep Guardiola adalah salah satu pelatih terhebat sepanjang masa. Tapi itu bukan berarti ia tidak pernah berbuat kesalahan. Apalagi dalam hal membeli pemain. Tak sedikit pemain yang ia datangkan malah berakhir flop dan buatnya menyesal.
Dari Barcelona, Bayern Munchen, ke Manchester City, kesalahannya dalam membeli pemain bisa terlacak. Berikut 10 pembelian pemain yang paling disesali Pep Guardiola sepanjang karir kepelatihannya. Atau, setidaknya sampai saat ini.
Keirrison
Dari Barcelona, pertama adalah Keirrison. Ia dibeli oleh Pep di tahun 2009 seharga 14 juta euro. Usianya baru 20 tahun saat itu dan digadang-gadang bakal jadi bintang besar di masa depan. Melihat ke masa itu, sebenarnya anggapan Barca bukan hal yang terlalu berlebihan.
Pasalnya di tahun 2008, ia yang masih bermain untuk Coritiba mencetak 48 gol di 58 pertandingan. Itu sekaligus membuatnya jadi pemain termuda yang jadi pencetak gol terbanyak di liga Serie A Brasil.
Setahun setelahnya, namanya mulai muncul di permukaan sepak bola Eropa. Banyak klub top mengincarnya. Salah satunya Liverpool. Tapi pada akhirnya Pep lah yang membawanya ke Barcelona. Ia dikontrak selama 5 tahun.
Sayangnya ia menghabiskan lima tahun waktunya itu sebagai pemain pinjaman di berbagai klub. Kalian tidak akan menemukan foto Keirrison berlaga menggunakan seragam Barca, apalagi main bareng Messi. Karena ia memang tidak pernah sempat tampil di satu pun pertandingan Barca.
Dmytro Chygrynskiy
Keirrison bukan satu-satunya pembelian Pep yang disesali di tahun 2009. Dmytro Chygrynskiy, atau yang lebih akrab disapa Dima, juga jadi pembelian flop Pep tahun itu. Pemain asal Ukraina tersebut datang dari Shakhtar Donetsk dengan harga transfer mencapai 25 juta euro. Ia juga digadang-gadang bakal jadi bek tengah hebat.
Penampilan apiknya yang bawa Shakhtar Donetsk juara Europa League musim 2008/09 lah yang menarik minat Pep. Guardiola saat itu bahkan sampai memproyeksikan Dima sebagai suksesor Puyol yang menua.
Ya, kita bisa menertawakan bagaimana konyolnya ide Pep itu sekarang. Dima tak bisa mencapai level yang Barca inginkan. Ia hanya bermain di 14 pertandingan saja. Dan semusim setelahnya, Ia kembali di jual ke Donetsk dengan harga 15 juta euro.
Zlatan Ibrahimovic
Sebelumnya, perlu digaris bawahi bahwa Zlatan adalah salah satu legenda sepak bola. Tapi bahkan Zlatan sendiri tidak bisa memungkiri kalau masanya di Barcelona itu flop. Pindah ke tim asuhan Pep adalah hal yang salah untuknya, dan begitu juga sebaliknya.
Zlatan sebenarnya mencetak 21 gol dalam satu musimnya di Barca. Bukan catatan yang terlalu buruk. Lalu mengapa Zlatan ada di daftar ini? Perlu diingat Pep tidak hanya harus membayar 69 juta euro untuknya. Tapi juga menukarnya dengan pahlawan treble Barca, Samuel Eto’o.
Ibra yang punya ego tinggi juga sering bermasalah dengan Pep. Hubungan mereka tidak pernah digambarkan sebagai hubungan yang baik. Entah apa yang dipikirkan Pep saat membeli Ibra. Yang pasti, bohong jika Pep mengatakan ia tidak menyesal telah menukar Eto’o dengan Ibra
Jan Kirchhoff
Beralih ke Bayern Munchen, ada Jan Kirchhoff. Pep sebenarnya mendatangkan Kirchhoff dari Mainz dengan status bebas transfer di tahun 2013. Jadi Bayern tak mengeluarkan uang sepeserpun untuknya. Tapi tetap saja, Kirchhoff adalah penandatanganan yang tak berguna.
Bek tengah asal Jerman itu dikontrak selama tiga tahun. Ia hanya memainkan 12 pertandingan di semua kompetisi bersama Bayern. Kirchhoff sempat dipinjamkan ke Schalke dan bahkan diturunkan ke tim akademi Bayern. Tapi itu tidak memantik performanya.
Di tahun 2016, ia pun dijual ke Sunderland. Itu juga tidak membuatnya tampil bagus. Setelah pindah ke beberapa klub, ia memilih pensiun di tahun 2021. Padahal usianya masih 32 tahun.
Sinan Kurt
Sinan Kurt pernah jadi prospek paling menjanjikan di Jerman. Pep membelinya saat usianya masih 17 tahun dari akademi Borussia Monchengladbach dengan harga 3 juta euro. Itu membuatnya jadi remaja termahal yang pernah dibeli Bayern.
Tapi pemain sayap itu tidak pernah bisa mencapai ekspektasi Bayern. Selama masanya di FC Hollywood ia hanya jadi pemanis bangku cadangan. Selain itu sikapnya juga angkuh. Ia pernah berkata kalau dirinya tidak suka bermain defensif di Bayern Munchen.
Sikap itu membuat Pep hilang respect. Kurt hanya diberi kesempatan bermain sekali di Bundesliga. Sebelum akhirnya dijual ke Hertha Berlin di tahun 2016.
Serdar Tasci
Pemain terakhir dari Bayern Munchen dalam daftar ini adalah Serdar Tasci. Di tahun 2016, pep mengalami krisis cedera pemain bertahan. Ia kemudian meminjam Serdar Tasci yang bermain untuk Spartak Moscow dengan harga 2,5 juta euro. Mendatangkan pemain bertahan yang berpengalaman dan sudah bermain untuk timnas saat itu memang keputusan yang masuk akal.
Tapi jika dilihat statistiknya, Tasci hanya bermain tiga kali di semua kompetisi. Ia bahkan sering tidak dimasukkan dalam skuad. Jadi, apa tujuan sebenarnya Pep mendatangkan Tasci? tidak ada yang tahu.
Claudio Bravo
Dari Bayern, beralih ke City. Misi utama Pep saat pertama kali datang ke City adalah menjadikan Manchester biru tim yang bisa bermain dengan sistem build up dari belakang. Untuk itu, ia butuh kiper yang bisa mendistribusikan bola ke depan.
Dibeli lah Bravo dari Barcelona di tahun 2016 seharga 18 juta euro. Pep tidak salah, Bravo memang pandai mendistribusikan bola. Tapi ia malah lemah dalam menghalau bola masuk ke gawang. Padahal itu tugas utama seorang kiper. Bravo malah sering melakukan blunder.
Di musim debutnya, Bravo langsung kehilangan tempat utama. Pep lebih percaya pada Willy Caballero. Setelah kedatangan Ederson di musim 2017/18, ia makin tersingkirkan. Di tahun 2020, Braco dilepas ke Real Betis dengan status bebas transfer.
Nolito
Sama seperti Bravo, Nolito adalah salah satu pembelian pertama Pep di City. Ia dibeli dari Celta Vigo dengan harga 18 juta euro di tahun 2016. Ia adalah orang Spanyol dan lulusan akademi Barcelona. Jadi wajar kalau menganggap Nolito bakal meledak di bawah asuhan Pep Guardiola. Apalagi ia akan bermain bersama Aguero di depan.
Anggapan publik awalnya tidak salah. Nolito mencetak dua gol dan satu assist di tiga pertandingan pertamanya. Namun, kabarnya Nolito kurang nyaman dengan kehidupan di Inggris. Sampai akhir musim 2016/17 total ia hanya mencetak 6 gol dan 5 assist dari 30 penampilan.
Ia hanya bertahan satu musim di City. Di tahun 2017, 12 bulan setelah ia datang ke Etihad, Pep menjualnya ke Sevilla dengan harga 7 juta euro saja.
Danilo
Guardiola memang suka belanja bek sayap mahal di Manchester City. Tidak semuanya berhasil. Danilo contohnya. Ia dibeli dari Real Madrid dengan harga 30 juta euro di tahun 2017. Danilo tak pernah berada dalam performa terbaiknya selama di City.
Ia bertahan dua musim. Tapi hanya mampu mencatatkan 34 penampilan di Liga. Itu mungkin karena usia danilo yang sudah diatas 30 tahun saat itu. Tapi alasan lainnya adalah hubungannya dengan Pep. Danilo tidak terlalu suka dengan karakter Pep
“Tidak mudah untuk punya hubungan baik dengan dia. Guardiola tidak pernah santai. Dia selalu memikirkan sepak bola sepanjang waktu.”
Di tahun 2019 Danilo dikirim ke Juve. Pep menukar Danilo dengan Joao Cancelo. Itu jadi keputusan yang tepat untuk Pep. Tapi Cancelo juga kabarnya terlibat cekcok dengan Pep sampai-sampai ia harus pindah ke Bayern. Mungkin perkataan Danilo itu benar, tidak mudah untuk disukai Pep.
Benjamin Mendy
Bek sayap mahal lain yang dibeli Pep untuk City adalah Benjamin Mendy. Ia dibeli di tahun 2017 setelah penampilan luar biasanya yang bawa AS Monaco juara Ligue 1. Pep harus menebus Mendy dengan harga sebesar 57,5 juta euro.
Tapi Mendy tidak pernah bisa jadi andalan Pep. Ia tidak pernah mencatatkan 20 penampilan di tiap musimnya. Dari segi harga dan dampak, Mendy adalah pembelian terburuk Pep di Man City. Atau bahkan sepanjang karirnya.
Tapi yang membuat tambah parah adalah, Mendy sempat terlibat kasus pemerkosaan. Meskipun di bulan Januari 2023 kemarin ia dinyatakan tak bersalah, tapi ya, tetap saja.
Itulah 10 rekrutan yang paling Pep Guardiola sesali selama karirnya. Kalian setuju dengan daftar itu? Atau ada yang terlewat? tulis di komentar ya.
Sumber referensi: GMS, Goal, Daily, B/R, B/R 2, One, Planet, 90min, MEN, BBC